Bisnis.com, JAKARTA— Australia berpeluang memperpanjang rekornya menjadi 103 kuartal tanpa resesi, seiring diumumkannya pertumbuhan ekonomi kuartal I/2017 pada Rabu (5/6/2017).
Namun, rekor itu berpotensi tercoreng oleh rendahnya pertumbuhan gaji nasional.
Seperti diketahui, rekor Negeri Kangguru yang belum pernah terpapar resesi selama 103 kuartal tesebut, sejauh ini hanya mampu disamai oleh Belanda. Para analis pun memperkirakan, rekor Ausralia itu akan kembali berlanjut.
Pasalnya para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan, produk domestik bruto (PBD) Australia akan tumbuh tipis 0,2% pada Januari-Maret 2017 atau itu lebih rendah dari kuartal IV/2016 lalu yang berhasil tumbuh 1,2%.
Namun, pertumbuhan prestasi Australia itu berpeluang mendapat gangguan dari rendahnya pertumbuhan upah dan gaji para pekerja. Para pengamat khawatir rendahnya pertumbuhan upah akan mengurangi daya beli warganya.
“Pasar tenaga kerja yang tak terlalu ketat pada akhirnya membebani pertumbuhan upah selama tahun ini. Fenomena itu akan sangat mungkin berimplikasi pada pertumbuhan konsumsi masyarakat, mengingat tingginya tingkat utang rumah tangga nasional,” kata David Plank, Kepala Ekonom ANZ, seperti dikutip dari Reuters , Senin (5/6/2017).
Seperti diketahui, pada Senin (5/6/2017), Pemerintah Australia telah mengumumkan pertumbuhan upah pekerjanya selama kuartal I/2017. Hasilnya, kenaikan upah pegawai nasional hanya sebesar 0,3% setelah pada kuartal IV/2017 mengalami penurunan 0,5%. Capaian itu jauh di bawah target inflasi yang ditentukan oleh Pemerintah yakni 2,1%.
Plank memperingatkan, bahaya pada perekonomian Australia semakin besar karena tingkat utang rumah tangga telah berada pada posisi tertinggi sepanjang sejarah. Di sisi lain pasar perumahan yang terlanjur mengalami over heating di Sydney dan Melbourne, saart ini cukup rentan terhadap koreksi besar.
Over heating yang terjadi di pasar perumahan Australia tercatat telah membuat Bank Sentral Australia (RBA) memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya sebesar 1,5%. Adapun, dalam pertemuan Dewan Gubernur RBA pada Selasa (6/6/2017), para analis meyakini suku bunga masih akan kembali ditahan.