Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah kalangan menilai pendidikan kepelautan perlu dibenahi guna meningkatkan kompetensi pelaut Indonesia. Pola pendidikan juga dinilai perlu diarahkan pada kebutuhan pasar internasional guna menghindari oversupply pelaut.
Consortium Indonesian Manning Agency memperkirakan, tahun ini kelebihan pasokan atau oversupply pelaut Indonesia mencapai 120.500 pelaut, terdiri dari 74.000 pelaut tingkat perwira dan 46.500 pelaut tingkat ratings (bawahan).
Akhmad Subaidi, Ketua Bidang Hubungan Internal CIMA mengatakan total pelaut Indonesia yang bekerja di kapal tahun ini mencapai 185.000 pelaut dengan jumlah awak siaga (crew standby) 92.500 sehingga kebutuhan pelaut mencapai 277.500.
Di sisi lain, pasokan atau supply pelaut mencapai 398.000, terdiri dari 188.000 pelaut perwira dan 210.000 pelaut rating. "Jadi angka pengangguran SDM pelaut Indonesia ada 74.000 perwira dan 46.500 rating sehingga kalau ada [pernyataan] di media massa bahwa Indonesia kekurangan pelaut, itu tidak pas," jelasnya dalam acara diskusi di Jakarta, Rabu (6/12/2017).
Akhmad menjelaskan, pelaut Indonesia tidak seluruhnya terserap di perusahaan pelayaran luar negeri karena kalah bersaing dengan pelaut dari negara lain, seperti Filipina. Dia menambahkan, perusahaan pelayaran tidak akan mau mengambil risiko dengan merekrut pelaut yang memiliki kompetensi dan keahlian di bawah kriteria. Pasalnya, kualitas pelaut yang rendah akan membahayakan pelayaran, kinerja, dan juga reputasi perusahaan.
CIMA yang beranggota 57 perusahaan pengawakan kapal mengusulan sistem pelatihan pelaut diubah dengan menjaring kadet lebih ketat. Akhmad mengatakan, metode pelatihan juga perlu fokus pada aspek kepatuhan sesuai dengan Standards of Training, Certification and Watchkeeping yang dirumuskan Organisasi Maritim Dunia (IMO). Hal yang juga penting untuk meningkatkan kompetensi pelaut adalah meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris dan keahlian lain seperti kepemimpinan, manajemen, dan teknologi.
Akhmad menerangkan, pemerintah perlu mendorong lembaga profesional untuk terlibat dalam penerbitan sertifikasi kompetensi pelaut. Kantor konsulat Indonesia di Mancanegara juga perlu berpartisipasi untuk memperkenalkan para pelaut Indonesia ke perusahaan pelayaran asing.
Direktur Utama PT Djakarta Lloyd (Persero), Suyoto mengatakan jumlah pelaut Indonesia dari berbagai lembaga pendidikan sebetulnya mengalami peningkatan. Dia menyebut dalam kurun waktu lima tahun terakhir jumlah pelaut melonjak hingga dua kali lipat. "Tapi kita itu memproduksi pelaut yang tidak dibutuhkan pasar," ujarnya.
Suyoto yang berpengalaman sepuluh tahun di bidang ship management mengatakan, pendidikan pelaut perlu memberikan porsi ilmu-ilmu terapan yang sangat dibutuhkan di bidang maritim. Bila pelaut dibekali ilmu terapan, dia yakin pelaut Indonesia bisa lebih sigap dalam menjalani pekerjaannya sebagai pelaut.