Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menempuh jalan memperbaiki sistem informasi produksi dan perdagangan untuk mencegah kembali fenomena pangan ‘berwisata’.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan bahwa fenomena pangan ‘berwisata’ tersebut sudah terjadi puluhan tahun yang mendorong harga menjadi lebih tinggi.
Fenomena itu terjadi saat bahan pangan berputar-putar dahulu ke berbagai daerah sebelum sampai ke tangan konsumen. Dampaknya, kata dia, ongkos menjadi lebih mahal sehingga mendongkrak harga jual.
“Sistem informasi baik dari produksi maupun perdagangan. Kalau sekarang ada datanya dan sudah dibenahi sistem informasinya, Ngawi kapan panen, Banyuwangi, Sidrap kapan panen. Ada daerah yang memang tak pernah panen, Jakarta tak pernah panen kan. Nah kapan akan dibutuhkannya nanti pengaturannya dan penyimpanannya,” katanya di Kantor Wakil Presiden, Senin (9/4/2018).
Menurutnya, perbaikan sistem informasi tersebut harus dilakukan oleh pemerintah daerah yang bekerja sama dengan pemerintah pusat. Sehingga, data pangan bisa terintegrasi
Mendag merinci, fenomena pangan ‘berwisata’ terjadi karena faktor permintaan di suatu daerah. Di sisi lain, panen tidak terjadi secara serentak.
“Tapi kalau bisa menghitung sebenarnya data itu bisa dimiliki, pada waktu panen di sini kapan, itu bisa diatur. Tak usah berwisata,” terangnya.