Bisnis.com, JAKARTA – Pelaut wanita masih mendapatkan perlakuan diskriminatif. Perusahaan pelayaran enggan mempekerjakan mereka dengan alasan masalah teknis jika harus berbaur dengan pelaut pria dalam satu kapal.
Kapten Laut Suarniati, Ketua Indonesian Female Mariner 2016 (IFMA 2016) menyatakan, mengungkapkan pertumbuhan jumlah pelaut wanita Indonesia saat ini cukup pesat.
"Namun, kenyataanya masih banyak perusahaan pelayaran yang melakukan penolakan alias diskriminasi terselubung terhadap pelaut wanita dengan alasan tekhis yang menurut kami, sangatlah tidak masuk akal,” paparnya kepada Bisnis hari ini, Jumat (13/4/2018).
Menurut Ketua IFMA 2016 tersebut, keberdaan pelaut wanita memiliki dua payung hukum yang seharusnya ditaati oleh perusahaan pelayaran nasional.
Kedua payung hukum itu adalah Surat Edaran Dirjen Hubla Kemenhub No: Um.003/80/9/DJPL-1 tentang Pemenuhan/Pemberian Hak-hak Pelaut Perempuan, dan Surat Edaran Ditkapel Hubla Kemenhub No: UM.002/89/3/DK-17 tentang Pemenuhan/Pemberian Hak-hak Pelaut Perempuan.
Dia menambahkan berdasarkan data Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub, hingga 15 Agustus 2017 jumlah pelaut wanita dalam berbagai jabatan dan tingkat ijazah, aktif dan non aktif berlayar sebanyak 8.141 pelaut.
"Pelaut wanita sekarang ini jumlahnya cukup besar dan saat ini terus tumbuh, dan kemampuannya juga bisa bersaing dengan pelaut Pria,” lanjutnya.
Dia mengatakan, IFMA 2016 telah keliling Indonesia melakukan kegiatan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan akademi-akademi pelayaran baik swasta maupun negeri untuk mempersatukan seluruh pelaut wanita Indonesia dalam wadah Organisasi ini.
Tujuan sosialiasi itu, imbuhnya, yakni berjuang bersama atas perubahan nasib pelaut wanita Indonesia, demi kesejahteraan, memperbaiki kualitas hidup, membuka kesempatan kerja dengan menunjukkan kemampuan pelaut wanita Indonesia.
Suarniati mengingatkan bicara tentang kemampuan pelaut wanita Indonesia, tidak bisa lupa dengan ketangguhan seorang Malahayati seorang wanita yang menjadi pejuang di jamannya dan mendapatkan julukan Laksamana Wanita Pertama di dunia yang memimpin 2000 pasukan inong balee (janda) di Aceh.
Selain itu, kata dia, juga ada sosok DR. Capt. E Kartini, MM, M.Mar yang juga menjadi Nakhoda Wanita Pertama Indonesia dan kini menjadi Ketua Dewan Pengawas IFMA 2016.
"Saat ini di IFMA berkumpul para Pelaut Wanita yang memiliki kemampuan yang bahkan melebihi kemampuan Pelaut Laki-laki. Ada Nakhoda Wanita Pertama dibenua Amerika, ada Nakhoda Wanita Pertama di kapal-kapal Off-Shore bahkan AHTS, ada Master Mariner Engineer Wanita Pertama dalam dunia pelayaran dan masih banyak yang lain,’ tuturnya.