Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan akan mendeklarasikan Xylarium Bogoriense sebagai perpustakaan kayu nomor satu di dunia.
Badan Litbang dan Inovasi (BLI) KLHK, di Bogor saat ini mengelola Xylarium Bogoriense, yakni perpustakaan kayu dengan berbagai informasi tentang jenis kayu di seluruh Indonesia.
Dengan mengunjungi Xylarium Bogoriense, pengunjung dapat mengetahui jenis-jenis kayu di Indonesia tanpa perlu berkeliling ke seluruh wilayah tanah air.
"Selain sebagai wujud pendokumentasian jenis kayu, Xylarium juga bermanfaat sebagai bahan rujukan utama dalam identifikasi kayu, karena memiliki informasi ilmiah seperti nama lokal, nama ilmiah, keragaman jenis, dan persebaran jenis kayu," tutur Dwi Sudharto, Kepala Pusat Litbang Hasil Hutan, BLI KLHK, saat jumpa pers di Bogor (18/9/2018) seperti dikutip dalam siaran pers, Rabu (19/9/2018).
Disebutkan bahwa hingga Juli 2018, Xylarium Bogoriense menempati peringkat keempat perpustakaan kayu di dunia. Per Juli Xylarium Bogoriense memiliki koleksi 67.864 spesimen kayu.
Urutan pertama ditempati Belanda dengan jumlah 125.000 spesimen, kemudian Amerika Serikat dengan jumlah 105.000 spesimen, dan Belgia dengan jumlah 69.000 spesimen.
Dalam rangka mewujudkan Xylarium Bogoriense sebagai perpustakaan kayu nomor satu di dunia, dengan jumlah spesimen terbesar, KLHK menjalin kerja sama dengan para pihak, antara lain dengan Kemenristekdikti, LIPI, Perguruan Tinggi, industri perkayuan, pemerintah provinsi, serta masyarakat.
Menurut Dwi, berkat kerja sama tersebut, kini koleksi kayu Xylarium telah mencapai 185.647 spesimen, Koleksi tersebut akan dideklarasikan oleh Menteri LHK di Yogyakarta dan direncanakan dihadiri Presiden RI Joko Widodo.
Selain itu, dalam waktu dekat BLI KLHK akan meluncurkan Alat Identifikasi Kayu Otomatis (AIKO) berbasis computer vision. AIKO berfungsi untuk mendukung keakuratan identifikasi jenis kayu oleh berbagai pihak,
Alat ini merupakan hasil kerjasama KLHK dengan LIPI sejak tahun 2017, melalui dukungan program Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS), Kemenristekdikti.
AIKO didukung oleh data jenis kayu dari Xylarium Bogoriense dan mampu mengenali jenis kayu hanya dalam hitungan detik. Hal itu jauh lebih singkat dibandingkan dengan identifikasi kayu secara manual yang membutuhkan waktu 1 hingga 2 minggu.
"Hal ini sangat membantu efisiensi proses identifikasi jenis kayu, pengelompokan jenis kayu perdagangan, penyelesaian konflik penentuan jenis kayu, dan pemetaan potensi jenis kayu untuk kepentingan konservasi, dan pengembangan usaha," ujar Dwi.
Ia berharap kerja sama dengan para pihak dapat terus berlangsung, dalam memperkaya basis data Xylarium Bogoriense, serta penyebarluasan aplikasi AIKO.
Dalam kesempatan pendeklarasian Xylarium di Yogyakarta, sebagai ungkapan terimakasih, KLHK akan memberikan tropi dan sertifikat penghargaan, kepada tiga kontributor spesimen kayu terbesar, dari unsur pelaku usaha, perguruan tinggi, dan pemerintah provinsi.
Xylarium Bogorinense pertama kali dibangun pada 1914 oleh Pemerintah Belanda, dan telah tercatat dalam Index Xylariorum, Institutional Wood Collection, sejak 1975, yang dikelola oleh International Assosiation of Wood Anatomists (IAWA).
Koleksi kayu Xylarium juga tersebar di beberapa daerah antara lain di Kebun Raya Bogor, Samarinda, dan Yogyakarta.