Bisnis.com, JAKARTA -- Tingkat partisipasi tenaga kerja perempuan masih berada di bawah laki-laki, padahal secara pendidikan, perempuan memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik.
Selama 20 tahun, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) cenderung stagnan, rata-rata TPAK laki-laki adalah 84%, sementara perempuan 50%. Pada 2018, tercatat 8,3 dari 10 laki-laki adalah AK (Angkatan Kerja), sementara perempuan hanya 5,2 dari 10.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang P. S Brodjonegoro menuturkan meskipun TPAK perempuan secara umum stagnan, partisipasi perempuan berpendidikan tinggi dalam pekerjaan yang baik cenderung meningkat. Sedangkan yang berpendidikan rendah terutama di perdesaan cenderung masuk lapangan kerja informal.
"Perempuan berpotensi untuk berkontribusi lebih besar kepada perekonomian Indonesia. Jika TPAK perempuan dinaikkan menjadi 64%, maka akan terdapat 20 juta angkatan kerja semi-skilled dan skilled baru," ungkapnya, di Kantor Bappenas, Kamis (8/11/2018).
Lebih lanjut, dia menjelaskan pada 2018, pertumbuhan upah buruh perempuan adalah 4,3% sedangkan laki-laki sebesar 2,3%.
Upah tertinggi buruh laki- laki terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp4,68 juta, sedangkan upah terendah pada sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar Rp2,03 juta.
Pertumbuhan upah perempuan yang lebih tinggi jelasnya merupakan tanda bahwa pemberi kerja sudah mulai mengapresiasi kinerja perempuan dalam pekerjaan.
"Upah tertinggi buruh perempuan terdapat pada sektor pengadaan listrik dan gas sebesar Rp4,42 juta, sedangkan upah terendah pada sektor jasa lainnya sebesar Rp1,29 juta. Pada 2018, secara agregat, buruh laki-laki mendapat Rp3.064.920, sementara buruh perempuan mendapat Rp2.398.674," tuturnya.
Bambang mengharapkan agar peran perempuan dalam partisipasi angkatan kerja dapat terus meningkat supaya terjadi peningkatan dalam kualitas pekerja saat ini.