Bisnis.com, JAKARTA - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyebut ada perbedaan antara kecelakaan Ethiopian Airlines, pada Minggu (10/3/2019) dan Lion Air pada Oktober 2018.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Surjanto Tjahjono menuturkan bahwa pihaknya melihat ada perbedaan mendasar antara kecelakaan penerbangan Ethiopian Airlines ET-302 berjenis Boeing 737 Max 8 dan kecelakaan Lion Air JT-610 dengan jenis pesawat yang sama.
Dia menyebut, ketinggian kedua pesawat [di udara] saat hilang kontak ada pada posisi yang berbeda. Lion Air JT-610 ada pada ketinggian 5.000 kaki, sementara ET-302 pada ketinggian 800 kaki--1.000 kaki.
"Untuk ketinggian, JT-610 itu kan sekitar 5.000 ft [feet], kalau ini [Ethiopian Airlines] 800 ft--1.000 ft. Ketinggian Bandara Addis Ababa itu 7.200 ft, jadi kalau dia 8.000 ft itu dihitung dari ketinggian bandara," ujarnya, di sela-sela agenda Indonesia Aviation Training & Education Conference 2019, Selasa (12/3/2019).
Menurutnya, pesawat ET-302 tersebut baru terbang selama 5 menit, artinya dalam keadaan baru take off, landing gear pun masih dalam posisi turun.
Dengan demikian, KNKT belum dapat menyebutkan ada kesamaan dengan peristiwa nahas pada Oktober 2018 silam di Indonesia, karena dari ketinggian pun berbeda.
"Posisi 800 ft kan baru take-off, gear-nya masih down, mungkin gearnya masih dalam transisi untuk up, penerbangan juga belum naik," tuturnya.
Pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET-302, jatuh di Hejere dekat Bishoftu, sekitar 50 kilometer selatan Addis Ababa, Ethiopia, Minggu pagi, 10 Maret 2019.
Sebanyak 157 orang tewas dalam tragedi penerbangan ini, termasuk seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Harina Hafitz.
Sementara itu, Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang jatuh pada Senin, 29 Oktober 2018.
Sebanyak 64 dari 189 korban kecelakaan Lion Air PK-LQP JT610 positif tidak bisa ditemukan lagi dan seluruh penumpang dan awak pesawat dinyatakan meninggal.
Penyelidikan awal Lion Air JT-610 menunjukkan adanya kerusakan pada sensor angle of attack dan sistem otomatisasi Boeing 737 MAX 8 yang tidak diketahui oleh pilot dan kopilot.
Sementara itu, kesamaan kedua kecelakaan tersebut terjadi menggunakan pesawat dengan jenis serupa yakni Boeing B737 MAX 8. Waktu jatuhnya pun mirip karena jatuh sesaat setelah take-off alias lepas landas, JT-610 sekitar 10 menit sementara ET-302 5 menit setelah take-off.
Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Surjanto Tjahjono menuturkan bahwa pihaknya melihat ada perbedaan mendasar antara kecelakaan penerbangan Ethiopian Airlines ET-302 berjenis Boeing 737 Max 8 dan kecelakaan Lion Air JT-610 dengan jenis pesawat yang sama.
Dia menyebut, ketinggian kedua pesawat [di udara] saat hilang kontak ada pada posisi yang berbeda. Lion Air JT-610 ada pada ketinggian 5.000 kaki, sementara ET-302 pada ketinggian 800 kaki--1.000 kaki.
"Untuk ketinggian, JT-610 itu kan sekitar 5.000 ft [feet], kalau ini [Ethiopian Airlines] 800 ft--1.000 ft. Ketinggian Bandara Addis Ababa itu 7.200 ft, jadi kalau dia 8.000 ft itu dihitung dari ketinggian bandara," ujarnya, di sela-sela agenda Indonesia Aviation Training & Education Conference 2019, Selasa (12/3/2019).
Menurutnya, pesawat ET-302 tersebut baru terbang selama 5 menit, artinya dalam keadaan baru take off, landing gear pun masih dalam posisi turun.
Dengan demikian, KNKT belum dapat menyebutkan ada kesamaan dengan peristiwa nahas pada Oktober 2018 silam di Indonesia, karena dari ketinggian pun berbeda.
"Posisi 800 ft kan baru take-off, gear-nya masih down, mungkin gearnya masih dalam transisi untuk up, penerbangan juga belum naik," tuturnya.
Pesawat Ethiopian Airlines dengan nomor penerbangan ET-302, jatuh di Hejere dekat Bishoftu, sekitar 50 kilometer selatan Addis Ababa, Ethiopia, Minggu pagi, 10 Maret 2019.
Sebanyak 157 orang tewas dalam tragedi penerbangan ini, termasuk seorang warga negara Indonesia (WNI) bernama Harina Hafitz.
Sementara itu, Pesawat Lion Air dengan nomor penerbangan JT-610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang jatuh pada Senin, 29 Oktober 2018.
Sebanyak 64 dari 189 korban kecelakaan Lion Air PK-LQP JT610 positif tidak bisa ditemukan lagi dan seluruh penumpang dan awak pesawat dinyatakan meninggal.
Penyelidikan awal Lion Air JT-610 menunjukkan adanya kerusakan pada sensor angle of attack dan sistem otomatisasi Boeing 737 MAX 8 yang tidak diketahui oleh pilot dan kopilot.
Sementara itu, kesamaan kedua kecelakaan tersebut terjadi menggunakan pesawat dengan jenis serupa yakni Boeing B737 MAX 8. Waktu jatuhnya pun mirip karena jatuh sesaat setelah take-off alias lepas landas, JT-610 sekitar 10 menit sementara ET-302 5 menit setelah take-off.