Bisnis.com, JAKARTA -- Walau ekspor tekstil menurun, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan nilai ekspor kain wastra atau tenun dan batik dapat tumbuh minimal 10% pada tahun ini. Kementerian menyatakan pertumbuhan didorong perubahan bentuk kain menjadi busana modis seusai dengan tren pasar.
Pada akhir 2018, nilai ekspr kain tenun ikat dan batik masing-masing mencapai US$976.000 dan US$52,4 juta. Dengan kata lain, secara total kementerian menargetkan nilai eksor kain wastra dapat tumbuh setidaknya menjadi US$58,7 juta pada akhir tahun ini.
Direktur Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kimia, Sandang, Kerajinan dan Industri Aneka Kemenperin E. Ratna Utaraningrum mengatakan industri dapat tumbuh dua digit pada tahun ini jika para pelaku memanfaatkan fasilitas-fasilitas kementerian dalam mendapatkan bahan baku.
"Bagaimana mengubah kain itu menjadi fashion yang memiliki nilai tambah yang besar bisa meningkatkan nilai tambah dari kain tersebut," ujarnya, Rabu (13/3/2019).
Ratna menambahkan bahwa pada tahun lalu kementerian mencatat telah ada 101 sentra IKM batik dengan 3.782 unit usaha yang menyerap 15.055 tenaga kerja. Sementara itu, terdapat 368 sentra IKM tenun dengan 14.618 unit usaha yang menyerap 57.972orang.
Pada tahun ini, lanjutnya, kementerian berkolaborasi dengan para perancang busana untuk menjadikan produk wastra menjadi busana yang modis. Selain itu, ujarnya, kementerian juga mendorong pelaku usaha untuk mengembankan produknya menjadi barang jadi lainnya seperti tas dan dekorasi interior.