Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) pada Senin (6/5/2019) merilis kinerja industri pengolahan nonmigas pada triwulan pertama tahun ini bertumbuh melambat dibandingkan dengan laju pada periode yang sama tahun lalu 5,08% menjadi hanya 4,80%. Namun, sektor industri makanan dan minuman mengklaim kondisinya lebih baik.
Adhi S Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) menyatakan bahwa untuk industri mamin, rata-rata pelaku usaha besar merasa bahwa kondisi pada kuartal I/2019 lebih bagus dari tahun lalu.
Menurutnya, perlambatan di sektor mamin bukan disebabkan industri CPO. Pasalnya, industri pengolahan minyak kelapa sawit membaik pada Januari 2019.
"Kemungkinan penyebabnya pertumbuhan di segmen kecil dan menengah yang rendah, sehingga menarik industri mamin secara keseluruhan," katanya, Senin (6/5/2019).
Pada tahun ini, industri mamin berharap pendorong pertumbuhan pada momentum pemilihan umum, Ramadan, dan Lebaran. Menjelang hari raya, para anggota asosiasi menggenjot produksi untuk memenuhi permintaan pengusaha ritel karena lonjakan permintaan muncul sejak pertengahan Maret lalu dan akan terus berlangsung hingga mendekati Idulfitri.
“Biasanya produk-produk untuk buka puasa seperti sirup, nata de coco, kemudian kudapan yang manis-manis. Perkiraan saya rata-rata tiap bulan [Maret—Mei] bisa naik 30% dibandingkan dengan bulan biasa,” kata Adhi.
Industri mamin diperkirakan tumbuh sebesar 9,86% secara tahunan sepanjang tahun ini.