Bisnis.com, JAKARTA -- Sistem Informasi Belajar Intensif Mandiri Bidang Konstruksi Siap Gapai Pekerjaan (SIBIMA KONSTRUKSI SIGAP) adalah sistem pelatihan jarak jauh / distance learning keahlian bidang konstruksi yang merupakan inovasi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi.
Saat ini SIBIMA tengah mengikuti tahapan penilaian untuk masuk ke dalam TOP 45 Inovasi Pelayanan Publik dalam Kompetensi Sistem Informasi Inovasi Pelayanan Publik (SINOVIK) Kategori Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja Tahun 2019 yang diselenggarakan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PANRB).
“Melalui SIBIMA kita ingin memperbanyak dan meningkatkan kapasitas tenaga kerja konstruksi dengan memangkas kendala jarak khususnya bagi tenaga kerja yang berada di remote area sehingga sulit untuk melakukan pembelajaran langsung di ruangan. Nah, melalui SIBIMA ini memudahkan untuk mereka,” ujar Direktur Jenderal Bina Konstruksi Syarif Burhanuddin melalui siaran resmi yang diterima Bisnis, Jumat (5/7/2019).
Dengan inovasi yang terus dikembangkan, Syarif berharap SIBIMA dapat masuk ke dalam TOP 45 SINOVIK.
“Pertama SIBIMA menjawab persoalan dari sisi kesempatan kerja. Kedua memang ada kebijakan pemerintah yang sekarang mengarah ke pembangunan sumber daya manusia. Ketiga ada program pemerintah Kartu Prakerja. Ketiganya sangat sinergi dengan SIBIMA sehingga kami optimis dapat masuk TOP 45,” tutupnya.
Sekretaris Ditjen Bina Konstruksi Dewi Chomistriana menjelaskan lebih lanjut bahwa SIBIMA adalah layanan dari Kementerian PUPR untuk mendorong seluruh masyarakat Indonesia agar siap dalam memperoleh pekerjaan.
Baca Juga
Kesiapan yang diberikan oleh SIBIMA adalah dalam konteks kompetensi dan administratif yakni memfasilitasi masyarakat jasa konstruksi mendapatkan kemudahan dalam mengikuti uji kompetensi.
Menurutnya, ada tiga pangsa pasar SIBIMA. Pertama adalah mahasiswa yang akan lulus. PUPR telah melakukan program link and match dengan perguruan tinggi yang memadukan antara modul-modul Kementerian dengan kurikulum mereka sehingga matching.
“Kedua adalah fresh graduate. Fresh graduate menjadi sasaran karena belum memiliki pekerjaan dan mereka butuh sertifikat kompetensi untuk bekerja. Dan ketiga adalah tenaga ahli yang harus kita dorong untuk tetap memiliki kompetensi sesuai perkembangan zaman,” ucapnya
Kepala Balai Penerapan Teknologi Konstruksi Cakra Nagara mengatakan sosialisasi SIBIMA telah dilakukan sejak 2015. Menurut Cakra sebelum ada SIBIMA masyarakat jasa konstruksi sangat kesulitan mendapat akses untuk capacity building, namun dengan hadirnya SIBIMA hal tersebut bisa difasilitasi.
“Mahasiswa kadang bingung apakah kompetensinya sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, kemudian setelah lulus apakah bisa mendapatkan sertifikat kompetensi karena harus bekerja dulu. Melalui SIBIMA kita fasilitasi hal tersebut,” katanya.
Saat ini SIBIMA memiliki empat bundling program SIGAP. Pertama adalah SIBIMA-SKPI yang mendorong mahasiswa untuk memiliki kompetensi bidang jasa konstruksi yang terstandardisasi standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) dengan manfaat mendapat Surat Keterangan Pendamping Ijazah (SKPI).
Kedua SIBIMA-SKA yang mendorong fresh graduate untuk memiliki sertifikat Ahli Muda. Sertifikat SIBIMA bermanfaat sebagai “tiket” memperoleh Sertifikat keahlian (SKA).
Ketiga adalah SIBIMA-Rekrutmen yang mendorong badan usaha jasa konstruksi (BUJK) bersinergi menggunakan SIBIMA sebagai salah satu alat seleksi calon pegawai. Keempat adalah SIBIMA-CPD yang mendorong tenaga ahli pemilik SKA untuk melaksanakan program pengembangan keprofesionalan berkelanjutan guna memelihara kompetensi.
“Orientasi akhir kita adalah orang bisa bekerja, bukanlah orang berlatih. Makanya target inovasi kita setelah ini adalah marketplace, di mana kita menawarkan pengguna-pengguna SIBIMA ini kepada BUMN untuk direkrut. Kerja sama ini sudah kita mulai dengan PT Brantas Abipraya, PT Waskita Karya, dan PT Virama Karya,” imbuhnya.