Bisnis.com, JAKARTA — Pasar properti Asia mulai berangsur pulih setelah dilanda beragam hambatan sepanjang paruh pertama mulai dari periode pemilihan umum seperti di Indonesia dan India, serta demo di Hong Kong.
Managing Director of Capital Markets and Investment Services Colliers Asia Terence Tang mengatakan bahwa saat ini, sejumlah aktivitas properti di beberapa wilayah di Asia masih belum ada kemajuan yang berarti karena para investor masih perlu watu untuk mencerna pengembangan yang sedang berjalan dan menimbang dampak dari perang dagang dan perlambatan ekonomi global.
“Investor di sejumlah wilayah di Asia lebih memilih saham setelah beragam peristiwa seperti pemilihan umum di Indonesia dan India, serta aksi protes di Hong Kong. Namun, masih ada penguatan pasar properti yang terlihat di Singapura dan China,” kata Terence melalui laporan tertulis, Kamis (25/7/2019).
Di Singapura, Terence menyebutkan bahwa investasi di sektor komersial dan properti mewah terus bertumbuh sebagai bagian dari haven terbesar di Singapura.
Kemudian, di China, adanya perbaikan kebijakan dan infrastruktur di pasar utama seperti di Shanghai dan Pearl River Delta cukup untuk mengimbangi volatilitas global.
Director of Capital Markets and Investment Services Colliers Indonesia Steve Atherton menambahkan bahwa di Indonesia, meskipun hasil pemilihan umumnya sudah ditentukan, investor lokal masih berhati-hati untuk mulai mengalirkan uangnya untuk investasi, salah satunya di properti.
Baca Juga
“Kemungkinan pasar properti di Jakarta dan sekitarnya bisa mulai kembali membaik. Dengan adanya reguasi pajak yang baru untuk properti mewah, misalnya, harusnya bisa menjadi stimulus positif untuk sektor residensial pada kuartal-kuartal ke depan,” ungkap Atherton.
Pada kuartal ketiga 2019, Atherton menyebutkan bahwa ada beberapa sektor properti yang menarik dan akan berkembang baik di Indonesia, yaitu sektor properti residensial untuk kelas menengah bawah berupa rumah tapak maupun apartemen, logistik, dan co-working space.