Bisnis.com, JAKARTA — Kondisi politik yang makin stabil di Asia Tenggara, terutama di negara-negara berkembang membuat sektor properti di lima negara ini semakin membaik.
Head of Capital Markets Research Jones Lang LaSalle Asia Tenggara Regina Lim menjelaskan bahwa salah satunya di Indonesia yang sudah memastikan terpilihnya Presiden Joko Widodo untuk 5 tahun ke depan dan Presiden Filipina Duterte untuk 3 tahun ke depan akan membawa pasar ke arah yang lebih stabil.
“Hal ini karena sentimennya kabinet pemerintahan pasti diperbaiki dan diperkuat sehingga kepercayaan diri investor akan semakin tinggi pula,” ungkap Lim melalui laporan tertulis, Kamis (8/8/2019).
Latar belakang politik yang semakin kuat, kata Lim, akan semakin mempertahankan posisi Asia Tenggara sebagai pusat manufaktur.
Pada paruh pertama 2019, Lim menyebutkan bahwa kelima negara ini sudah menunjukkan adanya penguatan investasi langsung dari asing, kenaikan ekspor dan tingkat konsumsi.
Baca Juga
Pertama, Indonesia. Lim menyebutkan bahwa tingkat investasi asingnya sepanjang semester pertama 2019 mengalami peningkatan hingga 8 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi US$5,20 miliar.
“Investasi ini untuk properti paling besar ada di sektor industrial dengan penjualan ritel naik 8 persen yoy dan produksi industrial tumbuh 4 persen pada kuartal pertama,” jelas Lim.
Kedua, Vietnam, yang mencatatkan pertumbuhan volume manufaktur hingga 13 persen yoy pada kuartal pertama 2019.
Sementara itu, investasi asingnya mengalami kenaikan 9,30 persen yoy pada Juni dengan total per tahun senilai US$20 miliar.
“Di Vietnam pada semester pertama 2019 penjualan ritelnya juga naik cukup banyak hingga 13 persen yoy dibandingkan dengan kenaikan 11,50 persen pada periode yang sama pada 2018,” ungkapnya.
Ketiga, Thailand mencatatkan aliran investasi asing yang masuk pada April 2019 mencapai US$411 miliar, lebih tinggi dari rata-rata 10 tahun senilai US$9 miliar per tahun.
Adapun, kebanyakan investasi masuk ke pengembangan properti manufaaktur, ritel dan grosir, serta real estat.
Sementara itu, pertumbuhan konsumsinya juga mengalami kenaikan 4,60 persen yoy pada paruh pertama 2019, jumlah tersebut juga lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata 10 tahun yang hanya sebanyak 2,80 persen per tahun.
Keempat, di Filipina, persetujuan investasi masuk dari asing tercatat berlipat ganda pada semester pertama 2019 dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, sedangkan permintaan konsumen di sektor properti juga turut mengalami kenaikan 6,30 persen naik dari 5,60 persen pada 2018.
Kelima, Malaysia, investasi di bidang manufakturnya meluap hinga 150 persen secara yoy ke US$17 miliar pada 6 bulan pertama tahun ini.
“Hal itu lantaran adanya potensi permintaan dari relokasi pabrik-pabrik asal China, ditambah dengan tingkat konsumsi yang diperkirakan bertumbuh 6,60 persen sepanjang 2019,” imbuh Lim.