Bisnis.com, JAKARTA — Lembaga pendidikan dan riset logistik Supply Chain Indonesia menilai keberadaan pusat logistik dan kawasan industri di area sekitar jalan tol Trans-Sumatra akan memberi dampak berantai bagi sektor logistik.
Chairman SCI Setijadi mengatakan bahwa operasional jalan tol di Sumatra perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana logistik agar memberi nilai tambah, baik bagi operator jalan tol maupun pelaku usaha logistik.
Dia menilai rencana pembangunan pelabuhan daratan (dryport) dan kawasan industri di Panjang, Lampung merupakan langkah tepat.
"Membangun dryport itu ide yang bagus dan ideal. Kesempatan membangun pusat logistik di Sumatra lebih bagus karena lahannya relatif lebih luas ketimbang di Jawa," jelasnya kepada Bisnis, Kamis (16/1/2020).
Saat ini, jalan tol Trans-Sumatra sudah membentang sepanjang 329 kilometer, mulai dari Bakauheni hingga Lampung. Dalam waktu dekat, jalan tol sepanjang 33 kilometer dari Kayu Agung menuju Palembang juga bakal rampung.
Setijadi menuturkan bahwa keberadaan jalan tol di Sumatra secara langsung bakal berdampak terhadap sektor logistik.
Baca Juga
Dia menyebutkan bahwa jalan tol bakal memangkas waktu tempuh dan mengurangi risiko keamanan. Untuk lintasan Bakauheni—Kayu Agung, waktu tempuh diestimasi mencapai 5,4 jam, jauh lebih singkat dibandingkan dsengan melalui jalan nasional yang bisa mencapai 12 jam.
Dengan waktu tempuh yang lebih singkat, mobilisasi barang dinilai bakal lebih cepat.
Setijadi mengungkapkan bahwa Lampung dan Sumatra Selatan yang kaya dengan hasil bumi bakal merangsang permintaan terhadap kegiatan pergudangan, bongkar muar, dan pengemasan.
"Di sekitar jalan tol bisa dibuat kawasan integrated logistic center. Ketika integrated, ada penciptaaan nilai tambah, misalnya, packaging hasil perkebunan, bisa diproses di kawasan itu," jelasnya.