Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Thailand Desak Anggota Asean Tingkatkan Integrasi ke Rantai Pasok Global

Menlu Thailand Maris Sangiampongsa berbicara usai bertemu dengan para menlu Asean yang berkumpul menjelang pertemuan puncak para pemimpin pada minggu ini.
Bendera negara-negara anggota Asean. Bloomberg
Bendera negara-negara anggota Asean. Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Negara-negara Asia Tenggara (Asean) harus mencari cara untuk lebih mengintegrasikan rantai pasokan secara regional dan di seluruh dunia untuk meraup keuntungan dari skala ekonomi dan memperoleh akses ke pasar yang lebih besar.

Melansir Bloomberg pada Senin (26/5/2025), Menteri Luar Negeri Thailand Maris Sangiampongsa mengatakan beberapa negara di kawasan Asean sudah bekerja sama untuk memproduksi barang-barang yang lebih kompleks seperti semikonduktor. Dia mengatakan, para pejabat Asean pun telah melihat potensi yang muncul dari menjadi bagian dari rantai pasokan global.

“Itulah kunci yang mengarah pada integrasi, hubungan kita yang semakin mendalam dan integrasi anggota Asean. Kita harus berbagi keuntungan dalam manufaktur. Itu berarti kita berbagi peluang untuk rantai pasokan bagi pasar global," jelas Maris.

Maris berbicara pada Minggu (25/5/2025) setelah bertemu dengan para menteri luar negeri Asean yang berkumpul menjelang pertemuan puncak para pemimpin pada minggu ini. 

Maris menanggapi pertanyaan tentang kekhawatiran tentang masuknya impor murah ke Thailand. Sebuah survei terhadap para kepala eksekutif perusahaan Thailand yang dirilis bulan lalu menunjukkan bahwa hampir 71% peserta khawatir tentang barang-barang murah China yang membanjiri pasar Thailand, yang menyebabkan berkurangnya penggunaan fasilitas produksi atau lebih banyak penutupan pabrik. 

“Ketika ada volume besar produk dari China, itu juga membantu ekonomi Thailand karena orang dapat membeli barang dengan harga lebih murah daripada yang diproduksi di Thailand,” katanya.

Maris menambahkan, negara-negara Asean harus bekerja dan menemukan, untuk dapat melihat keuntungan bekerja sama dengan blok negara tersebut dan juga China untuk memenuhi rantai pasokan global.

Hubungan ekonomi China dengan Asia Tenggara telah melonjak dalam beberapa tahun terakhir, dengan kesepakatan perdagangan bebas dan upaya untuk menghindari tarif AS yang menargetkan Beijing mendorong perdagangan dan investasi dari perusahaan-perusahaan China dan perusahaan multinasional lainnya ke Asean. 

Vietnam adalah penerima investasi manufaktur terbesar dari China tahun lalu, diikuti oleh Indonesia, menurut perusahaan riset AS Rhodium Group, dengan keduanya melihat sekitar US$3 miliar dalam proyek-proyek manufaktur China yang baru diumumkan.

Adapun, bidang-bidang utama yang akan dibahas dalam KTT Asean di Malaysia adalah kompleksitas seputar perang dagang global dan menavigasi hubungan yang tegang antara negara-negara adikuasa. AS telah mengindikasikan tidak akan bernegosiasi dengan Asean sebagai sebuah blok dan akan melakukan diskusi bilateral. 

Negara-negara Asean yang bergantung pada perdagangan sedang bergegas untuk bernegosiasi dengan AS guna menurunkan tarif yang dikenakan, berkisar antara 10% hingga 49%. 

Banyak yang telah berjanji untuk meningkatkan pembelian sejumlah besar barang AS untuk memperkuat argumen mereka untuk tarif yang lebih rendah. Urgensi ini karena Asia, yang memproduksi sebagian besar barang dunia, siap menjadi salah satu yang paling terpukul dalam perang dagang global. 

Maris menyebut, negara-negara harus dapat bekerja sama dalam masalah keamanan dan ekonomi dengan salah satu negara adikuasa karena memilih pihak berdasarkan setiap isu tidaklah memungkinkan. China adalah mitra dagang utama Asean pada tahun 2024, dengan total perdagangan senilai $770 miliar.

Thailand telah menyatakan kesiapannya untuk mengadakan pembicaraan dengan AS, yang merupakan pasar ekspor terbesarnya tahun lalu, setelah mengajukan proposal yang merinci bagaimana negara itu akan meningkatkan impor barang-barang Amerika dan investasi di AS, serta memperkuat kerja sama bilateral. 

Thailand berharap dapat mengurangi surplus perdagangannya dengan AS sebanyak US$15 miliar per tahun, dari sekitar US$45 miliar tahun lalu, dengan inisiatif terbarunya untuk mencegah penyalahgunaan aturan asal barang untuk ekspor. 

Tarif AS juga diberlakukan setelah Thailand bergabung dengan BRICS, di mana China menjadi anggota tetapi bukan AS, sebagai negara mitra, yang seharusnya membantunya melindungi diri dari ketidakpastian dengan jalur menuju pasar global lainnya. 

Maris mengatakan Thailand sedang mengupayakan keanggotaan penuh tetapi tidak dapat mengatakan kapan itu akan terjadi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper