Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perdagangan mengklaim virus corona (CO-VID 19) tidak berdampak signifikan pada ketersediaan stok ritel.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Suhanto mengatakan kondisi atau dampak virus corona terhadap ketersediaan stok barang ritel belum terganggu.
Pasalnya, saat ini larangan impor dari China hanya diterapkan bagi hewan hidup selain ikan sehingga untuk perkakas dan sparepart elektronik masih bisa dimpor dari China.
“Pelaku usaha berdasarkan pengalamannya sudah pasti memiliki jalan keluar terkait supplier alternatif dengan memperhitungkan tingkat efisiensi dan daya saing produk yang akan dijual,” katanya, Rabu (12/2/2020).
Dari sisi pemerintah dia mengatakan akan selalu mendorong industri dalam negeri untuk mengisi kekosongan supplier alat-alat tersebut, namun demikian seandainya supplier dalam negeri belum siap, maka negara lain bisa dijadikan alternatif apabila produk dalam megeri belum bisa mengisi.
“Semoga penyebaran virus corona segera berhenti, sehingga pergerakan ekonomi global bisa normal kembali,” ujarnya.
Baca Juga
Sementara itu, Marketing Director Kawan Lama Group Nana Puspa Dewi mengatakan saat ini, dampak pelarangan penerbangan dari China akibat Corona belum mempengaruhi stok produk ACE meskipun 80 persen produk ACE merupakan barang impor.
“Kebetulan di tahun ini ACE melakukan stock up lebih awal karena perbedaan waktu perayaan dan libur Chinese New Year, yang biasanya pada bulan Februari namun di tahun 2020 jatuh pada bulan Januari. ACE melakukan stock up untuk persediaan selama 7 bulan ke depan,” kata Nana.
Kendati demikian, Nana mengatakan pihaknya tidak khawatir jika stok barang mulai menipis lantaran ACE secara rutin memperbaharui dan mengembangkan lini produk dengan bekerjasama dengan banyak rekanan dari berbagai negara.
Terpisah Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) menuturkan dampak virus corona sebetulnya tak terlalu signifikan pada ketersediaan barang. Namun, dampak tersebut terasa sangat signifikan dari sisi transaksi. Ini karena pemerintah melarang wisatawan China untuk masuk ke Indonesia.
“Jadi dampak virus corona ini ada dua kategori. Pertama adalah dampak terhadap transaksi, kedua dari sisi produk. Nah dari sisi produk gak signifikan karena anggota Aprindo lebih banyak menggunakan produk dalam negeri,” katanya, Rabu (12/2/2020).
Roy Mande menurutkan secara transaksi Aprindo kehilangan paling tidak Rp520 miliar dalam dua bulan dari wisatawan China yang ke Indonesia.
“Rerata mereka spending sekitar US$200, jadi kalau saya perkirakan ya bisa mencapai Rp520 miliar, itu akan lebih besar ketika virus ini tidak kunjung selesai,” pungkasnya.