Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah mengidentifikasi 10 negara yang menjadi pesaing ekspor Indonesia ke pasar Amerika Serikat (AS), menjelang penerapan tarif impor yang ditetapkan Presiden AS Donald Trump mulai 1 Agustus 2025.
Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan pemerintah melalui Kemendag telah mengidentifikasi sebanyak 10 produk utama unggulan Indonesia untuk diekspor ke Negara Paman Sam.
Adapun, identifikasi itu juga termasuk memetakan daftar 10 negara yang berpotensi menjadi pesaing Indonesia untuk mengekspor barang ke AS.
“Kami sudah mengidentifikasi 10 produk utama kita ke Amerika, kemudian di setiap produk itu kita juga identifikasi minimal 10 pesaing kita siapa,” kata Budi seusai acara Launching Hari Ritel Nasional 2025 di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (17/7/2025).
Budi menyampaikan bahwa pemerintah akan terus memantau 10 negara pesaing ini sepanjang tarif Trump belum diberlakukan, termasuk ekspor dari industri tekstil dan produk tekstil (TPT) serta alas kaki.
“Kami sampai dengan 1 Agustus [2025] ini masih melihat terus pesaing kita itu mau dapat berapa [tarif dari AS], misalnya produk alas kaki, siapa saja,“ ucap Budi.
Baca Juga
Dia menjelaskan, identifikasi ini dilakukan sekaligus untuk melihat potensi investasi yang bisa masuk ke Tanah Air.
“Jadi itu otomatis yang 10 [negara pesaing] juga akan berkaitan dengan investasi, investasinya yang kita harapkan yang 10 [produk yang telah diidentifikasi],” ujarnya.
Untuk diketahui, besaran tarif impor yang dikenai Trump terhadap barang-barang asal Indonesia turun menjadi 19% dari sebelumnya 32%. Selain itu, tarif masuk yang diterima Indonesia dari AS lebih rendah dibandingkan negara Asean lain, seperti Vietnam yang dikenai tarif 20%.
Namun, Ekonom dari Universitas Paramadina Wijayanto Samirin menuturkan, jika dibandingkan dengan negara di kawasan Asean seperti Vietnam, pengenaan tarif impor barang Indonesia ke AS hanya beda tipis, yakni 1%.
“Sangat tipis perbedaannya [tarif Indonesia dengan Vietnam dan negara Asean], bisa dikatakan sama. Daya saing tetap sangat ditentukan oleh daya saing produk kita,” ujar Wijayanto kepada Bisnis, Rabu (16/7/2025).
Meski begitu, Wijayanto menuturkan bahwa kesepakatan ini berpotensi menguntungkan bagi kedua belah pihak. Sebab, kata dia, produk AS tidak akan berkompetisi dengan produk Indonesia, melainkan akan berkompetisi dengan produk dari negara lain, termasuk China, Korea, dan Jepang.
“Justru konsumen kita berpotensi mendapatkan produk dengan harga yang lebih kompetitif,” sambungnya.
Di sisi lain, dia memperkirakan kesepakatan Indonesia—AS ini akan sedikit berpengaruh terhadap kinerja ekspor, lantaran harga barang menjadi mahal sehingga konsumsi AS akan turun. “Ini berdampak ke seluruh eksportir ke AS. Bagi Indonesia, tidak terlalu signifikan,” pungkasnya.