Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) menilai sektor jalan tol masih jadi pilihan investasi yang menarik, termasuk dengan adanya tren peralihan kepemilikan saham di beberapa jalan tol.
Sekretaris Jenderal (Sekjen) ATI Krist Ade Sudiyono mengatakan fenomena peralihan kepemilikan saham di beberapa jalan tol, bukanlah sinyal negatif bagi bisnis jalan tol. "Justru sebaliknya, ini menandakan bahwa portfolio ini semakin berkembang," katanya kepada Bisnis, Minggu (8/3/2020).
Dia menambahkan investornya akan semakin beragam, sesuai positioning dan preferensi strategi dari masing-masing investor tersebut.
"Ini justru sinyal bagus untuk perkembangan industri infrastruktur jalan tol ke depan, yang harus dijaga oleh semua pemain kepentingan adalah iklim investasi yang kondusif ini, termasuk kepastian usahanya," katanya.
Adapun terkait nilai proyek, menurutnya tidak ada nilai standar terkait biaya investasi suatu proyek. Hal ini, imbuhnya, tergantung situasi proyek misalnya kondisi tanah, tekstur dan topografi daerah, at grade atau elevasi, banyaknya struktur, dan sebagainya.
"[Tapi] yang selalu saya komentari adalah tingginya cost of fund pembiayaan proyek dari perbankan komersial," katanya.
Dia menjelaskan argumentasi perbankan adalah tingkat risiko investasi jalan tol yang sangat panjang dibandingkan dengan sumber pendanaan mereka yang cenderung jangka pendek (mis-match).
"Namun demikian, dari perspektif industri infrastruktur yang masih memerlukan partisipasi semua pihak, rata-rata margin keuntungan 4 persen di luar floating rate biaya pendanaannya, saya kira masih terlalu tinggi," jelasnya.