Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri tekstil dan produk tekstil berharap kemandirian bahan baku dapat dimaksimalkan di Tanah Air mengingat prospek industri yang diyakini semakin cerah ke depannya.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) Redma Wirawasta mengatakan kemandirian bahan baku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) juga penting untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak terduga terjadi secara tiba-tiba seperti virus corona saat ini.
"Kami terkendala zat pewarna celup yang memang tidak diproduksi di Indonesia dan harus impor dari China. Saya rasa bulan ini stok industri akan habis," katanya kepada Bisnis, Jumat (6/3/2020).
Redma mengemukakan sebagai antisipasi, pelaku industri sudah mulai berencana mengalihkan order pembelian zat pewarna ke India meski dengan harga yang lebih mahal. Namun, tak sedikit yang menunggu kondisi stabil dari China.
Menurut Redma, dulu di Indonesia sudah pernah memiliki produksi sendiri untuk zat pewarna. Akan tetapi, produksi itu tak bertahan lama dan harus tutup karena kalah bersaing dengan produk China yang murah dan lebih memiliki beragam stok. Belum lagi, kala itu pabrikan sulit mendapatkan bahan baku dari petrokimia.
Sementara itu, Redma menegaskan langkah pemerintah yang akan kembali memberi keringanan untuk impor harus dilakukan secara hati-hati.
Baca Juga
"Dalam rangka antisipasi virus corona ini memang keringan impor dibutuhkan tetapi ingat pemerintah harus tetap melihat produk yang akan diperlonggar, jangan sampai ada kebocoran lagi," ujarnya. Prinsipnya,
Redma menegaskan ke depan kemandirian bahan baku untuk TPT sangat penting diperhatikan terutama oleh pemerintah. Hal itu belajar dari yang sudah terjadi, agar industri yang sebenarnya dibutuhkan tak hilang sia-sia karena tak mampu bersaing.