Bisnis.com, JAKARTA — PT Bayer Indonesia menyambut baik UU Cipta Kerja kaitannya dengan kemudahan impor produk hortikultura yang selama ini dirasa cukup terbatas.
Head of Communications of Bayer Indonesia Laksmi Prasvita mengatakan selama ini untuk produk hortikultura investasi asing hanya dibatasi 30 persen. Dengan sejumlah ketentuan yang diubah pada pasal 30 dan 88 UU Cipta Kerja, menurut Laksmi, telah membawa optimisme baru untuk perusahaan global seperti Bayer.
"Kami menyambut baik dengan harapan regulasi ini akan dapat kembali menghidupkan industri hortikultura di Indonesia. Untuk itu, saat ini posisi kami masih menunggu PP agar selanjutnya dapat merancang rencana bisnis ke depan," katanya dalam Webinar Omnibus Law bertajuk Dampak Relaksasi Kebijakan Investasi Asing pada Produktivitas Holtikultura, Selasa (3/11/2020).
Laksmi menilai adanya relaksasi impor pada produk holtikultura dalam UU Cipta Kerja juga sebagai pengaruh dari WTO pada pemerintah yang meminta lebih terbuka pada investasi asing. Pasalnya, semua negara juga mengharapkan keuntungan.
Namun, revisi regulasi yang memberi arah lebih relaksasi dalam melakukan impor ini juga tidak serta merta memberi kebebasan tanpa batas. Pasalnya, pada pasal 88 UU Cipta Kerja ketentuan impor holtikultura harus memenuhi syarat dan standar tertentu.
Belum lagi harus melewati pelabuhan impot tertentu. Artinya, di sini perseroan melihat bisa jadi pemerintah tetap memberikan batasan melalui kebijakan tarif dan nontarif.
Baca Juga
"Untuk itu kami menantikan aturan turunan, kebijakan yang transparan dan terbuka akan sangat penting bagi private sector untuk merencanakan bisnis ke depan yang lebih baik di sini," ujarnya.
Laksmi juga mengemukakan dengan terbukanya produk impor, tentu juga akan membawa standar kualitas bisnis yang baik. Produk dalam negeri tentu akan bersaing dan melakukan kompetisi dengan iklim yang adil.
Sisi lain, UU Cipta Kerja juga membuka peluang kemitraan petani kecil dengan perusahaan besar. Artinya, perseroan dapat memberi dampak positif dalam praktik budidaya tanam pada para petani.
Adapun sejauh ini investasi yang sudah ditanamkan Bayer di Indonesia yakni perbenihan holtikultura dan teknologi produk perlindungan tanaman holtikultura.
Sebelumnya, pemerintah mengakui investasi yang ditanamkan Bayer Indonesia dalam bentuk fasilitas modern dengan pemanfaatan teknologi canggih, telah memposisikan Indonesia sebagai produsen produk kesehatan yang memenuhi standar kualitas dunia.
Pemerintah mencatat Bayer telah menanam investasi sebesar 100 juta euro atau Rp1,6 triliun untuk membangun dan melengkapi fasilitas modern tersebut.
Pabrik produk kesehatan Bayer di Cimanggis juga merupakan satu-satunya pabrik di wilayah Asean dan yang terbesar dengan nilai ekspor yang signifikan se-Asia Pasifik dan merupakan pusat produksi unggulan dari 12 pabrik Bayer di seluruh dunia.
Presiden Direktur PT Bayer Indonesia Angel Michael Evangelista pernah mengatakan pihaknya berkomitmen untuk memproduksi produk kesehatan berstandar internasional. “Sebagai bagian utama dari jaringan fasilitas manufaktur global Bayer, pabrik Health Care Cimanggis kini mengekspor 80% produk-produknya ke-32 negara yang beberapa di antara memiliki regulasi farmasi yang paling ketat,” ungkapnya.
Bayer Indonesia juga mengoperasikan dua pabrik agrokimia yang berada di dua lokasi, yakni Surabaya dengan 30% kapasitas produksinya diekspor ke-10 negara dan di Tangerang dengan 35% dari total produksi diekspor ke empat negara.
Selama beberapa tahun terakhir, Bayer telah mengekspor berbagai produk kesehatan dari pabriknya yang berlokasi di Cimanggis, Depok dengan total nilai Rp3,9 triliun.