Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Ekspor dan Impor Impresif, Sinyal Pemulihan Ekonomi RI Kian Kuat

Tanda-tanda pemulihan ekonomi yang semakin kuat juga sejalan dengan aktivitas manufaktur di negara mitra dagang utama Indonesia, seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa yang mengalami ekspansi selama 8 bulan berturut-turut.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja ekspor dan impor pada Maret 2021 menunjukkan peningkatan yang tinggi, di mana masing-masingnya mengalami pertumbuhan sebesar 30,47 persen dan 25,73 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Sementara secara bulanan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor dan impor masing-masingnya tumbuh 20,31 persen dan 26,55 persen (month-to-month/mtm).

“Jadi pertumbuhan yang sangat menggembirakan baik secara bulanan maupun tahunan,” kata Kepala BPS Suhariyanto, Kamis (15/4/2021).

Peningkatan ekspor terjadi baik sektor migas maupun nonmigas, yang tumbuh sebesar 5,28 persen dan 21,21 persen secara bulanan.

Demikian juga kinerja impor, impor migas mengalami peningkatan yang signifikan, yaitu sebesar 74,74 persen dan impor nonmigas naik 21,3 persen dibandingkan dengan Februari 2021.

Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana berpendapat kinerja impor yang meningkat tinggi pada periode laporan tersebut terjadi seiring dengan PMI Manufaktur Indonesia yang ekspansif, naik ke level 53,2 pada Maret 2021.

“Melihat indikator-indikator utama baru-baru ini, kami mencatat bahwa tanda-tanda pemulihan semakin kuat,” katanya, Kamis (15/4/2021).

Menurut Wisnu, kinerja ekspor pada kuartal I/2021 menunjukkan perkembangan yang positif di tengah mulai pulihnya permintaan, juga didukung oleh kenaikan harga komoditas.

Menurutnya, tanda-tanda pemulihan ekonomi yang semakin kuat juga sejalan dengan aktivitas manufaktur di negara mitra dagang utama Indonesia, seperti China, Amerika Serikat, dan Uni Eropa yang mengalami ekspansi selama 8 bulan berturut-turut.

Di samping itu, Wisnu menilai kinerja impor masih akan mengalami peningkatan karena permintaan domestik mulai pulih, juga dikarenakan low based effect pada tahun lalu.

Dia memperkirakan surplus perdagangan ke depan akan menyusut dan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) akan melebar menjadi -1 persen dari PDB pada tahun ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper