Bisnis.com, JAKARTA – Indonesian National Air Carriers Association (INACA) memperkirakan upaya pemulihan industri penerbangan seperti yang telah disusun dalam laporan resmi atau White Paper bersama Universitas Padjadjaran (Unpad) akan kembali kepada skenario paling pesimis dengan adanya faktor larangan mudik 2021.
Ketua Umum INACA Denon Prawiraatmadja berharap bahwa pemulihan jumlah penumpang seperti pada level sebelum pandemi Covid-19 bisa direalisasikan pada level moderat yakni 2024. Pasalnya, kajian tersebut sudah mempertimbangkan banyak hal. Namun, tak menutup proyeksinya kemungkinan akan menjadi lebih lama ke skenario paling pesimistis yakni 2025 jika faktor pembatasan pergerakan dilakukan setiap tahunnya.
“Semoga memang berharap 2024 sudah recovery [pulih]. Kalau ada larangan mudik pasti ada perubahan lagi. Itu kan sudah ada skenarionya dari yang paling optimistis hingga pesimistis. Larangan mudik ini sudah masuk hitungan, kalau setiap tahunnya ada operasi yang dihentikan sementara,” ujarnya, Kamis (22/4/2021).
Meski ada potensi mundur ke skenario paling pesimistis, Denon menilai kedepannya yang bakal menghidupkan penerbangan bukan hanya periode puncak seperti lebaran dan akhir tahun saja. Namun juga dari kegiatan sosial ekonomi yang diproyeksikan tumbuh sekitar 7 persen secara tahunan dari data Badan Pusat Statistik (BPS).
“Laporan BPS ekonomi di atas 7 persen pertumbuhan year-on-year. Jadi walaupun sekarang larangan mudik bikin drop tapi kegiatan ekonomi sosial secara bertahap mulai pulih. Jadi kegiatan sosial ekonominya yang mulai tumbuh,” imbuhnya.
Masih terkait dengan larangan mudik pada tahun ini pula, Denon juga menyatakan anggota INACA pastinya tetap ingin bisa terbang dan tak ingin melepaskan momentum periode puncak. Namun di sisi lain, kata dia, pemerintah juga memiliki pertimbangan dasar jangan sampai langkah pendistribusian vaksin gagal pada tahun ini yang justru berimbas pelarangan mudik kembali pada tahun depan.
Baca Juga
Larangan tahun ini pun bukan untuk yang pertama kalinya harus dilakukan oleh maskapai. CEO Whitesky Aviation tersebut membandingkan dengan kondisi pada periode yang sama tahun lalu Maret 2020 - April 2020 jumlah penumpang mencapai 8 juta penumpang per bulan. Kemudian berlanjut pada juni yang hanya mencapai hampir ratusan ribu penumpang. Barulah pada Juli – November 2021 mencapai 2 juta – 3 juta penumpang per bulan.
“Kisarannya sekarang 2 juta hingga 3 juta per bulan. Jadi kalau periodenya dibandingkan pada saat larangan ini drop-nya nggak terlalu jauh,” imbuhnya.