Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Indonesia pada kuartal II/2021 diperkirakan akan tumbuh lebih rendah dari proyeksi pemerintah yang ditargetkan berada di kisaran 7,1 sampai 8,3 persen.
Hal tersebut dipengaruhi oleh lonjakan kasus Covid-19 yang menyebabkan kasus positif di Indonesia akhirnya mencapai 2 juta kasus. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun mengakui bahwa kondisi tersebut memengaruhi outlook perekonomian pada kuartal kedua tahun ini.
Direktur Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan kondisi lonjakan kasus Covid-19 dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua dan ketiga tahun ini tergerus.
Tauhid memperkirakan ekonomi kuartal II/2021 akan tumbuh di kisaran 5 persen. “Ini tidak mungkin [pertumbuhan] 7 sampai 8 persen. Untuk Juni ini saja, hampir setengah bulan langsung drop. Namun akan tetap positif karena secara year-on-year (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu,” ujar Tauhid kepada Bisnis, Kamis (24/6/2021).
Adapun, pertumbuhan positif yang diperkirakan terjadi di kuartal kedua tahun ini dipengaruhi oleh kontraksi sebesar 5,32 persen, atau mempertimbangkan low base effect pada periode yang sama di tahun lalu.
Sementara untuk membantu penanganan kenaikan jumlah kasus, Tauhid menyarankan pemerintah agar bisa merelokasi anggaran sejumlah kementerian/lembaga ke sektor/kluster prioritas seperti kesehatan dan perlindungan sosial (perlinsos).
Baca Juga
Seperti halnya pada penanganan pandemi di 2020, Tauhid menyarankan anggaran seperti untuk infrastruktur bisa direlokasi untuk mendukung sektor kesehatan. Tidak hanya itu, anggaran untuk pertahanan atau keamanan yang dinilainya tidak efektif saat pandemi, juga dianggap bisa disisir untuk persiapan menghadapi lonjakan kasus pasca libur lebaran yang lalu.