Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai bahwa efek krisis properti Evergrande di China akan terasa pada tahun depan. Hal tersebut perlu diwaspadai oleh Indonesia.
Airlangga menilai bahwa terdapat berbagai dinamika perekonomian global yang dapat menjadi tantangan bagi Indonesia. Salah satunya adalah krisis properti yang terjadi di Negeri Tirai Bambu akibat kasus gagal bayar Evergrande.
"Evergrande yang magnitude-nya US$300 miliar dan diperkirakan efeknya akan lebih terasa pada 2022," ujar Airlangga dalam peresmian penutupan perdagangan PT Bursa Efek Indonesia tahun 2021, Kamis (30/12/2021).
Hal tersebut perlu diwaspadai oleh Indonesia, bersamaan dengan berbagai isu seperti kenaikan harga energi, disrupsi rantai pasok global, hingga potensi tapering oleh The Fed. Indonesia harus memilih strategi optimal untuk meredam dampak dinamika global, agar tidak menghambat pemulihan ekonomi nasional.
Airlangga sendiri memiliki keyakinan bahwa tren pemulihan ekonomi akan berlanjut dengan baik pada tahun depan. Dia berkaca dari capaian pertumbuhan ekonomi kuartal III/2021 yang terjaga di 3,5 persen dengan adanya hantaman besar Covid-19 varian delta.
"Kita melihat ada omicron di berbagai negara. Namun, kita melihat bahwa resiliensi kesehatan kita cukup kuat. Pengendalian pandemi menjadi kunci pemulihan ekonomi," ujarnya.
Baca Juga
Dengan upaya yang telah berjalan dan persiapan yang ada, Airlangga optimistis pertumbuhan ekonomi 2022 bisa mencapai 5,2 persen.