Bisnis.com, JAKARTA – Meski angka kasus baru Covid-19 saat ini melonjak hampir menyentuh 50.000, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memperkirakan hal tersebut tidak terlalu mempengaruhi okupansi hotel pada kuartal awal tahun ini.
Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan pada kuartal awal setiap tahun, tren okupansi hotel selalu berada pada posisi flat atau rendah karena periode ini tergolong low season.
Meski demikian, ia tak menampik bahwa kenaikan kasus Omicron menjadi faktor pemberat selain low season terhadap okupansi hotel pada kuartal I/2022.
“Kuartal satu memang kita catat sebagai low season, jadi dampak Omicron ini tentu terhadap okupansi memang ada tapi belum terlalu signifikan,” ucap Yusran kepada Bisnis, (14/2/2022).
Yusran menambahkan pertumbuhan okupansi biasanya baru terlihat pada kuartal kedua. Pasalnya, sejumlah momen mulai dari kegiatan pemerintah hinga libur lebaran akan terjadi pada kuartal II/2022. Tak hanya itu, penyelenggaraan MotoGP dan G20 menjelang akhir tahun akan menjadi penopang tingkat okupansi hotel pada kuartal akhir 2022.
Sementara itu, lanjut Yusran, okupansi hotel di Mandalika dan Bali terpantau tumbuh karena adanya kegiatan internasional tetapi tidak serta merta mempengaruhi wilayah lain. Ia mencatat tren kenaikan hanya terjadi wilayah sekitar NTB yang terkena dampaknya.
“Kami berharap kasus Omicron dapat selesai di kuartal satu sehingga pada kuartal dua sudah ada pergerakan,” harap Yusran.
Mengutip data Badan Pusat Statistik, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel klasifikasi bintang di Indonesia pada November 2021 mencapai 47,83 persen, naik sebesar 7,69 poin dibandingkan dengan TPK November 2020. TPK November 2021 juga mengalami peningkatan sebesar 2,21 poin dibandingkan dengan TPK Oktober 2021.
Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel klasifikasi bintang selama November 2021 tercatat sebesar 1,59 hari, sama dengan rata-rata lama menginap pada November 2020.
Sebelumnya, Ketua Umum PHRI Hariyadi Sukamdani meyakini 2022 akan menjadi momentum yang sangat baik untuk pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
“Kami meyakini bahwa di tahun 2022 ini adalah momentum yang sangat baik, karena sebagaimana kita ketahui tren dari Covid-19 telah menunjukkan tanda-tanda menuju endemik atau menjadi suatu virus yang biasa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari,” kata Hariyadi, Rabu (9/2/2022).