Bisnis.com, JAKARTA - Dalam upaya pergeseran ekonomi ke arah yang lebih berkelanjutan, industri baja seringkali disorot sebagai sektor yang paling sulit untuk diredam.
Menindaklanjuti hal tersebut, Asosiasi Baja Dunia atau Worldsteel, merilis Piagam Keberlanjutan yang telah direvisi dan diperluas. Piagam baru tersebut mewakili pendekatan berorientasi aksi industri terhadap keberlanjutan. Produsen baja dan asosiasi didorong untuk secara proaktif terlibat dalam program keberlanjutan baja dunia dan untuk mendorong standar yang lebih tinggi.
Piagam Keberlanjutan yang baru disusun dalam 9 prinsip dengan 20 kriteria terkait, yang mencakup aspek keberlanjutan lingkungan, sosial, tata kelola, dan ekonomi.
Edwin Basson, Direktur Jenderal Worldsteel, mengatakan keberlanjutan adalah persyaratan bisnis dan komponen fundamental dari semua operasi industri.
"Dengan dikeluarkannya Piagam ini, industri baja menegaskan kembali komitmennya terhadap keberlanjutan dan menunjukkan upaya industri yang ditingkatkan dan tindakan yang selaras menuju masyarakat yang berkelanjutan," kata Basson dalam keterangannya, Jumat (4/3/2022).
Piagam ditandatangani 39 anggota Worldsteel yang berlaku untuk periode dua tahun.
Baca Juga
Clare Broadbent, Kepala Keberlanjutan Worldsteel menambahkan pergeseran ke industri hijau sebenarnya lebih dari sekadar memangkas emisi CO2. Hal itu juga mencakup kontribusi terhadap ekonomi sirkular, pemangkasan permintaan bahan mentah, penggunaan lebih sedikit air, dan dampak terhadap keanekaragaman hayati yang lebih rendah.
"Masih ada peningkatan kebutuhan baja, terutama di negara berkembang, dan kami perlu memastikan bahwa industri dapat berkembang sesuai dengan itu," ujarnya.
Diketahui, salah satu negara yang memangkas produksi baja untuk memenuhi target iklim yakni China. Pada tahun lalu, produksi baja kasar China menyusut 31,9 juta ton menjadi 1.032,8 juta ton, penurunan pertama dalam enam tahun terakhir. Hal itu menyusul target net zero carbon China pada 2060.
Selain itu, untuk mengurangi produksi di dalam negeri lebih lanjut, Kementerian Keuangan China juga telah mengeluarkan kebijakan restriksi ekspor dengan menghilangkan insentif tax rebate untuk hampir seluruh produk baja mulai 1 Mei 2021.