Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Turki kembali memangkas suku bunga acuan untuk kesekian kalinya, meskipun inflasi mencapai level tertinggi dalam 24 tahun dan lira mencapai levgel terendahnya.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (22/9/2022) Komite Kebijakan Moneter (MPC) Bank Sentral Turki yang dipimpin Gubernur Sahap Kavcioglu memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan menjadi 12 persen dari 13 persen.
Dalam sebuah pernyataan yang menyertai keputusannya, bank sentral mengungkapkan bahwa pertumbuhan ekonomi telah kehilangan momentumnya.
Lira memperpanjang penurunan setelah keputusan Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin dan mencapai titik terendah baru terhadap dolar AS. Lira diperdagangkan 0,3 persen lebih rendah terhadap dolar di Istanbul.
Pemangkasan suku bunga acuan Turki mengejutkan karena, sebagian besar ekonom yang disurvei memperkirakan tidak ada perubahan suku bunga setelah pemangkasan tak terduga 100 basis poin pada Agustus.
MPC mengungkapkan, sejak awal Juli indikator utama telah menunjukkan perlambatan pertumbuhan karena melemahnya permintaan asing.
Baca Juga
Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Kavcioglu berpegang teguh pada buku pedoman yang tidak ortodoks yang menolak kenaikan suku bunga untuk menahan inflasi.
Pendekatan tersebut telah mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengorbankan stabilitas harga dan membuat aset Turki lebih rentan terhadap aksi jual
Akibatnya, inflasi tahunan telah melesat melewati 80 persen, sementara lira menjadi mata uang dengan kinerja terburuk tahun ini di pasar negara berkembang.