Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter dinilai wajib membereskan pekerjaan rumah usai ambil alih KA Bandara Soekarno-Hatta dari PT Railink. Aspek keterisian penumpang, konektivitas, serta aksesibilitas menjadi hal utama yang perlu dibenahi.
Ketua Forum Transportasi Perkeretaapian dan Angkutan Antarkota Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Aditya Dwi Laksana menjelaskan KAI Commuter harus menyelesaikan beberapa masalah yang masih membayangi KA Bandara Soekarno-Hatta. Hal tersebut terutama padatingkat okupansi penumpang Kereta Bandara yang terbilang rendah.
Menurutnya, masalah ini berkaitan dengan keterbatasan konektivitas dan aksesibilitas dari Kereta Bandara. Dia mengatakan KA Bandara saat ini tidak berhenti pada terminal – terminal di Bandara Soekarno-Hatta. Penumpang harus menyambung perjalannnya melalui Kalayang atau Skytrain Bandara.
“Kalayang Bandara sendiri frekuensi perjalanannya sedikit, sementara kapasitas dan kecepatannya juga terbatas. Hal ini tidak mendukung kedinamisan penumpang pesawat,” jelasnya saat dihubungi, Senin (6/3/2023).
Aditya menuturkan, KAI Commuter sebagai operator KA Bandara yang baru sebaiknya berdiskusi dengan PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II untuk menambah frekuensi perjalanan serta meningkatkan kecepatan pada moda tersebut.
Menurutnya, penambahan perjalanan pada Kalayang dapat menggenjot minat penumpang menggunakan KA Bandara. Peningkatan kecepatan pada Kalayang juga akan meningkatkan mobilitas penumpang pesawat.
Baca Juga
Selanjutnya, KAI Commuter juga perlu menghubungkan KA Bandara Soekarno-Hatta dengan kereta jarak jauh. Aditya mengatakan KAI Commuter dapat memanfaatkan potensi pasar ini mengingat cukup banyak penumpang pesawat yang menyambung perjalanannya ke kota – kota seperti Serang, Bandung, dan lainnya.
Adapun, integrasi antara KA Bandara dan kereta jarak jauh yang belum terkoneksi membuat penumpang lebih memilih untuk menggunakan Bus Damri ke sejumlah stasiun kereta seperti Stasiun Pasar Senen atau Stasiun Gambir.
Aditya menambahkan aksesibilitas penumpang mencapai Stasiun Sudirman Baru yang menjadi titik keberangkatan KA Bandara masih cukup terbatas. Hal ini mengingat adanya sejumlah kebijakan seperti car free day (CFD) atau ganjil-genap pada beberapa ruas jalan yang harus dilalui calon penumpang.
Dia menambahkan, waktu tempuh KA Bandara ke Bandara Soekarno-Hatta sekitar 45 menit dinilai masih cukup lama. Aditya mengatakan, hal ini disebabkan oleh KA Bandara yang harus berbalik arah terlebih dahulu pada Stasiun Duri sebelum melanjutkan perjalanannya.
Hal tersebut akan menambah waktu tempuh dari KA Bandara Soekarno-Hatta.
“Masalah – masalah ini menurut saya menjadi yang utama. Kalau dari sisi layanan dan sarana kereta sebenarnya sudah optimal,” tutupnya.