Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi membeberkan jumlah stok kedelai pemerintah saat ini di gudang Bulog. Berdasarkan data Bulog, ID Food dan Perindo yang dihimpun Bapanas, sampai 3 Agustus 2023 stok kedelai Bulog hanya 414,68 ton.
"Kedelai punya sekitar 400 ton, tadinya ada 1.000 ton," ujar Arief saat ditemui di Kantor Bapanas, Senin (7/8/2023).
Menurut Arief, jumlah stok kedelai tersebut masih jauh dari target seharusnya. Adapun pemerintah sebenarnya menargetkan cadangan kedelai sebanyak 60.000 ton per tahun.
Arief mengakui, saat ini peran perum Bulog dalam mengelola stok kedelai masih belum mumpuni. Meskipun BUMN pangan tersebut mendapat mandatori untuk menjaga stok pangan pemerintah berupa beras, jagung dan kedelai.
"Bulog itu masih harus belajar, dia [Bulog] enggak pernah main kedelai dan jagung," tutur Arief.
Bulog saat ini, kata Arief mulai berlatih mencari sumber penyerapan kedelai hingga strategi penjualannya di hilir. Musababnya, selama ini peran Bulog dalam mengelola kedelai masih kalah bersaing dengan importir kedelai swasta.
Baca Juga
Kendati demikian, dia pun mengaku optimistis nantinya pengelolaan stok kedelai pemerintah oleh Bulog akan optimal saat dana pinjaman dari pemerintah telah cair.
"Masih kurang [penyerapan kedelai Bulog] karena belum keluar duitnya, nanti kalau udah keluar duitnya juga sering-sering [serap kedelai]," katanya.
Berdasarkan catatan Bisnis, Senin (10/8/2023), Arief membeberkan bahwa Presiden Joko Widodo memilih memberikan skema pendanaan murah hingga Rp12 triliun kepada BUMN pangan untuk menggenjot cadangan pangan di dalam negeri.
Dia merinci, bahwa batas kredit yang ditetapkan mencapai Rp3 triliun kepada masing-masing BUMN Pangan seperti Bulog, dan ID Food. Adapun bunga pinjaman untuk BUMN pangan tersebut sekitar 3-4 persen tergantung rate dari bank Himbara yang ditunjuk.
"Jadi yang sudah disiapkan penjaminannya Rp3 triliun, tetapi dari Rp3 triliun itu kan kalau di retail kita biasanya pakai turnover, mungkin kalau 3 kali turnover atau 4 kali berarti bisa sampai Rp12 triliun," kata Arief di kompleks Istana Kepresidenan.