Bisnis.com, JAKARTA - Beras impor sebanyak 1,8 juta ton mengalir deras masuk ke Indonesia pada tahun terakhir pemerintahan Presiden Joko Widodo dan di tengah wacana perpanjangan bantuan pangan hingga Desember 2024.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor beras selama periode Januari hingga April 2024 mencapai 1.818.320 ton. Impor beras selama periode tersebut telah naik 202,88% (year-on-year) dibandingkan impor beras pada periode yang sama tahun lalu sebanyak 600.336 ton.
Sementara realisasi impor beras pada April 2024 tercatat sebanyak 370.291 ton lebih rendah 34,72% dibandingkan impor bulan sebelumnya sebanyak 567.210 ton. Namun, impor beras pada April 2024 lebih banyak 4 kali lipat dibandingkan April tahun lalu sebanyak 88.433 ton.
Adapun nilai impor beras selama periode Januari - April 2024 tercatat sebesar US$1,17 miliar atau sekitar Rp18,6 triliun. Nilai impor beras sepanjang periode tersebut naik 284,61% dibandingkan nilai impor beras di periode yang sama tahun lalu sebesar US$304,78 juta atau sekitar Rp4,85 triliun.
Pada April 2024, nilai impor beras yang dilakukan Indonesia mencapai US$236,01 juta atau sekitar Rp3,76 triliun. Nilai impor beras pada April 2024 telah naik 383,43% dibandingkan nilai impor pada April tahun lalu sebesar US$48,82 juta. Sementara untuk mengimpor beras pada Maret 2024, Indonesia telah mengeluarkan biaya hingga US$371,6 juta atau sekitar Rp5,92 triliun.
Di tengah aliran deras impor beras itu, pemerintahan Jokowi juga tengah mengkaji peluang perpanjangan bansos beras hingga akhir tahun ini. Kepala Negara mengatakan, pihaknya masih mempertimbangkan ketersediaan ruang dalam APBN untuk melancarkan rencana perpanjangan bansos beras hingga Desember 2024.
Baca Juga
"Kita berdoa bersama ya, supaya bisa sampai Desember," ujar Jokowi saat memantau penyaluran bansos beras di Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara, Senin (13/5/2024) dikutip dalam keterangan resmi Sekretariat Kabinet.
Berdasarkan catatan Bisnis.com, Jumat (3/5/2024), Perum Bulog memastikan impor beras tetap berjalan meskipun ada panen raya padi. Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi menyebut, beras dari luar negeri tidak mengganggu harga petani saat panen raya.
Musababnya, kedatangan impor beras, kata Bayu, akan difokuskan pada wilayah non-sentra produksi yang masih berisiko terhadap pasokan dan harga beras.
Berlanjutnya pengadaan beras impor dan penyerapan hasil panen raya, kata Bayu, diperlukan untuk memastikan stok beras Bulog memadai di atas 1 juta ton sepanjang tahun. Pasalnya, Bayu memperkirakan bahwa panen pada musim selanjutnya atau paceklik berisiko tidak semulus yang diharapkan.
Dengan stok beras yang memadai, menurut Bayu, memungkinkan pemerintah lebih leluasa menjalankan sederet program stabilisasi pasokan dan harga beras, termasuk bantuan pangan. Adapun stok beras Bulog saat ini tercatat sebanyak 1,6 juta ton.
"Misalnya pemerintah ingin melanjutkan program bantuan pangan, Bulog harus punya stok," jelasnya.