Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Panen Raya Berakhir, Harga Gabah Naik Sentuh Rp7.000 per Kg

Perum Bulog menyebut harga gabah di tingkat petani naik seiring dengan berakhirnya panen raya.
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman
Petani menjemur gabah hasil panen di Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, KARAWANG - Perum Bulog mengungkapkan harga gabah kering di tingkat petani (GKP) mulai bergerak naik seiring berakhirnya masa panen raya.

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menyampaikan, harga gabah saat ini berkisar antara Rp6.400 per kilogram hingga Rp6.500 per kilogram. 

“Bahkan untuk beberapa jenis beras kualitas baik, harganya mencapai Rp7.000 per kilogram gabah,” kata Bayu saat ditemui di Sentra Penggilingan Padi Perum Bulog, Karawang, Jawa Barat, Senin (20/5/2024).

Dengan harga tersebut, Bayu menyebut harga beras berkisar antara Rp11.500 per kilogram hingga Rp12.000 per kilogram. 

Untuk diketahui, pemerintah mengerek HPP gabah dan beras mulai 3 April hingga 30 Juni 2024. 

Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Republik Indonesia No. 167/2024 tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah.

Dalam beleid itu, HPP gabah kering panen (GKP) di tingkat petani menjadi Rp6.000 per kilogram atau naik Rp1.000 per kilogram dari sebelumnya Rp5.000 per kilogram.

Lebih lanjut, Bayu menuturkan, penyerapan gabah dalam negeri telah mencapai 1,05 juta ton setara gabah atau 535.000 ton setara beras hingga 19 Mei 2024. Total 535.000 ton ini terdiri dari beras PSO (public service obligation/kewajiban pelayanan publik) dan komersial. 

Adapun, Bayu menargetkan untuk menyerap sebanyak 600.000 ton setara beras hingga akhir panen raya padi musim tanam (MT) I di 2024. 

“Dengan situasi harga yang sudah mulai naik lagi, sampai berakhir musim tanam I kami cukup optimistis Bulog bisa serap lebih dari 600.000 ton setara beras,” ujarnya.

Kemudian pada panen raya padi MT II, penyerapan oleh Perum Bulog diperkirakan lebih rendah dibanding MT. Pasalnya, panen yang dihasilkan biasanya lebih rendah dibanding MT I.

Bayu merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, defisit beras berpotensi terjadi sekitar 0,45 juta ton atau 450.000 ton pada Juni 2024. Dengan demikian, dia memperkirakan pada semester II/2024, pihaknya dapat menyerap sekitar 300.000 ton setara beras.

Kondisi ini kata Bayu, akan menjadi perhatian Perum Bulog. Oleh karena itu pihaknya akan terus menjaga stok beras  dengan mengutamakan pengadaan dalam negeri dan pengadaan luar negeri jika dibutuhkan. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper