Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Lakukan Evaluasi Lartas Impor, Begini Hasilnya

Kemenko Perekonomian mengungkap bahwa evaluasi berfokus pada relaksasi dan syarat lartas, agar mendukung perekonomian dan industri dalam negeri.
Aktivitas bongkar muat peti kemas untuk ekspor-impor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas untuk ekspor-impor di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Koordinator atau Kemenko Bidang Perekonomian mengungkap evaluasi pemberlakuan larangan terbatas alias lartas impor yang dilakukan pemerintah.

Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso memaparkan bahwa evaluasi lartas dilakukan menyikapi keluhan dan kendala yang dihadapi pelaku usaha dan masyarakat atas sulitnya melakukan impor serta banyaknya barang impor yang tertahan di pelabuhan.

Sebelumnya, sekitar 26.000 kontainer tertahan di dua pelabuhan Indonesia, yakni sebanyak 17.304 kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok dan 9.111 di Pelabuhan Tanjung Perak.

Susi memaparkan, evaluasi terhadap pemberlakuan lartas dilakukan agar tujuannya tercapai dengan tepat sasaran dan tidak membebani perekonomian serta industri dalam negeri.

Dia memaparkan, pemerintah telah merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 36/2023 dengan Permendag Nomor 8/2024 yang merupakan perubahan ketiga. Hal ini juga sesuai dengan arahan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menginstruksikan untuk melakukan revisi peraturan.

"Perubahan yang dilakukan berfokus pada relaksasi lartas dan syarat lartas," jelas Susi dalam pemaparannya di Bisnis Indonesia Forum (BIF), dikutip pada Sabtu (10/8/2024).

Kondisi Impor Indonesia

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kinerja impor Indonesia pada Juni 2024 senilai US$18,45 miliar. Nilai ini mengalami kenaikan sebesar 7,58% secara tahunan (year-on-year/YoY). 

Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan kenaikan impor pada Juni 2024 secara tahunan tersebut didorong oleh kenaikan impor minyak mentah dan hasil minyak. 

"Sementara, secara bulanan turun 4,89% dari Mei 2024," ujarnya.

Amalia merinci, secara bulanan impor migas tercatat senilai US$3,73 miliar atau naik 19,01% (month-to-month/MtM). Namun, impor nonmigas mengalami penurunan sebesar 8,83% mtm menjadi senilai US$15,18 miliar.

Penurunan impor secara bulanan ini, kata Amalia, disebabkan oleh impor nonmigas dengan andil penurunan sebesar 7,58%. 

Sementara itu, kinerja impor menurut penggunaan yaitu barang konsumsi naik 2,48% secara bulanan menjadi US$43 juta, lalu kelompok bahan baku penolong turun sebesar 3,41% menjadi US$482,3 juta, dan barang modal turun 14,51% menjadi senilai US$509,3 juta.

"Bahan baku penolong menyumbang setidaknya 74,11% dari total impor pada bulan Juni 2024," ujar Amalia. 

Secara tahunan, nilai impor barang konsumsi dan bahan baku penolong naik masing-masing sebesar 12,02% dan 10,62%, sedangkan barang modal turun sebesar 6,34%. Tiga komoditas impor utama tercatat mesin peralatan mekanis, mesin pelatan elektrik, serta plastik dan barang dari plastik. 

"Nilai impor ketiga komoditas ini memberikan share 35,87% terhadap total impor nonmigas," jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper