Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ESDM Target Listrik Jawa-Bali Tak Lagi Oversupply Tahun Depan

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan kondisi kelebihan pasok listrik di sistem Jawa-Bali teratasi pada tahun depan.
Ilustrasi petugas PLN tengah memastikan kelayakan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) sebelum infrastruktur tersebut dioperasikan/PLN
Ilustrasi petugas PLN tengah memastikan kelayakan saluran udara tegangan tinggi (SUTT) sebelum infrastruktur tersebut dioperasikan/PLN

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah terus berupaya untuk mengatasi kelebihan pasokan atau oversupply listrik di Jawa-Bali.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jisman P. Hutajulu mengatakan, pihaknya menargetkan kondisi oversupply listrik di sistem kelistrikan Jawa-Bali akan teratasi pada tahun depan.

"Tahun depan selesai itu [oversupply listrik]," kata Jisman saat ditemui di Jakarta, Jumat (4/10/2024).

Jisman menuturkan, pemerintah saat ini tengah mendorong upaya untuk mendongkrak konsumsi listrik per kapita agar dapat menyerap produksi listrik yang selama ini berlebih.

Dorongan itu, kata Jisman, sejalan dengan ambisi pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto yang menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 8%.

"Kita kan mau mengejar pertumbuhan ekonomi 8%, tentu listriknya juga didorong lebih besar lagi sehingga semakin besar [konsumsi]. Dengan growth yang cukup tinggi ini, akan teratasi dalam waktu dekat ya [oversupply]," ucapnya.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian ESDM mencatat posisi kelebihan pasok atau oversupply listrik sistem Jawa-Bali berada di level 4 gigawatt (GW) pada akhir 2023. Posisi itu telah turun signifikan dari catatan akhir 2022 lalu yang berada di angka 7 GW.  

Jisman mengatakan, kementeriannya masih memundurkan sejumlah rencana commercial operation date (COD) pembangkit untuk mengurangi beban take or pay pembelian listrik dari produsen listrik swasta yang mesti ditanggung PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.  

“Beberapa pembangkit pada 2 sampai 3 tahun diupayakan agak mundur COD-nya supaya tidak tertumpuk take or pay-nya,” kata Jisman saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (18/1/2024).  

Jisman menuturkan, oversupply itu buntut dari asumsi pertumbuhan ekonomi makro yang belakangan meleset dalam megaproyek 35.000 megawat (MW) atau 35 GW.

Saat program 35 GW diinisiasi, kata Jisman, asumsi pertumbuhan makro yang dipakai berada di rentang 7% sampai dengan 8%. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper