Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi cadangan devisa September 2024 yang lebih rendah dari bulan sebelumnya, dari US$150,2 miliar menjadi US$149,9 miliar akibat pembayaran utang luar negeri pemerintah.
Pada dasarnya, cadangan devisa ini salah satu tujuannya memang untuk membantu pemerintah dalam pembayaran utang luar negeri secara tepat waktu.
Bukan hanya untuk pembayaran utang, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede melihat potensi cadev akan semakin tergerus karena faktor lainnya, yakni dalam stabilisasi nilai tukar rupiah.
“Kami memperkirakan Bank Indonesia akan menggunakan cadangan devisanya untuk mengintervensi pasar valas dan menstabilkan nilai tukar rupiah, sehingga berpotensi mengurangi cadangan devisa,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (7/10/2024).
Bukan tanpa sebab, Josua melihat sentimen risk-off kemungkinan akan meningkat di masa mendatang karena meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, terutama antara Israel dan Iran.
Hal ini menjadi kekhawatirkan karena dapat meningkatkan permintaan untuk aset-aset yang aman dan memicu arus keluar modal dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Baca Juga
Pada saat yang sama, AS baru saja merilis data pasar tenaga kerja dan menunjukkan penguatan. Ketegangan yang meningkat juga dapat meningkatkan harga minyak global, sehingga menimbulkan risiko terhadap kemajuan disinflasi di AS.
“Hal ini, pada gilirannya, dapat menunda atau membatasi ruang gerak the Fed untuk menurunkan FFR [Fed Fund Rate] lebih lanjut, membuat aset-aset AS menjadi lebih menarik bagi investor. Akibatnya, dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang global,” jelas Josua.
Lain halnya jika ketegangan geopolitik di masa mendatang mereda. Potensi arus modal masuk masih akan terbuka, mengingat fundamental dan prospek ekonomi Indonesia yang relatif lebih kuat dibandingkan dengan negara-negara lain.
Sebelumnya, Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso menyampaikan posisi tersebut realtif stabil dan turun tipis karena kewajiban pemerintah dalam pembayaran utang.
“Perkembangan cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (7/10/2024).
Denny menyampaikan posisi cadangan devisa pada akhir September 2024 setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Ke depan, Bank Indonesia memandang cadangan devisa tetap memadai sehingga mendukung ketahanan sektor eksternal.