Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Curhat Sri Mulyani H-12 Lengser: Susah Lho Ngumpulin Pajak

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa mengumpulkan pajak merupakan tugas yang tidak mudah, jelang 12 hari purnatugas sebagai bendahara negara.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan saat Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Sistem Informasi Mineral dan Batubara Kementerian/Lembaga (SIMBARA) di Jakarta, Senin (22/7/2024). Bisnis/Abdurachman
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan paparan saat Launching dan Sosialisasi Implementasi Komoditas Nikel dan Timah melalui Sistem Informasi Mineral dan Batubara Kementerian/Lembaga (SIMBARA) di Jakarta, Senin (22/7/2024). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa mengumpulkan pajak merupakan tugas yang tidak mudah, pengakuan yang muncul jelang 12 hari purnatugas sebagai bendahara negara.

Pernyataan Sri Mulyani itu disampaikan ketika menjadi pembicara utama dalam BNI Investor Daily Summit 2024 di JCC, Jakarta Pusat pada Selasa (8/10/2024). Saat itu, dia sedang menjelaskan ihwal postur APBN 2025 yang sudah ditetapkan DPR menjadi Undang-undang.

Dia mengungkapkan, pendapat negara ditargetkan mencapai Rp2.996,9 triliun pada 2025 atau tahun pertama pemerintahan presiden terpilih Prabowo Subianto. Salah satu sumber pendapatan negara tersebut yaitu dari pemungutan pajak, yang dianggapnya sebagai kerja yang tidak mudah.

"Ini record [rekor] terbaru dari penerimaan negara, mendekati Rp3.000 triliun di mana penerimaan pajak... [audiens bertepuk tangan]. Boleh lah ditepuktangani, susah, lho, ngumpulin pajak. Kalau gampang ya tidak perlu tepuk tangan," ujar Sri. Mulyani.

Dia merincikan, total pendapatan negara pada tahun depan itu terdiri dari penerimaan perpajakan (pajak dan cukai) senilai Rp2.490,9 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) senilai Rp505,4 triliun.

Sri Mulyani tidak menampik, target PNBP dan pajak tersebut memang terlebih cenderung ambisius. Kendati demikian, dia meyakini target-target tersebut juga realistis terutama dengan fondasi pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5%.

"Cukup ambisius namun juga realistis sehingga bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di satu sisi, di sisi lain mampu mencukupi kebutuhan belanja dari program pemerintahan baru," katanya.

Dia pun menjelaskan, belanja negara diproyeksikan sebesar Rp3.613,1 triliun pada tahun depan. Dengan begitu, APBN 2025 disepakati defisit sebesar 2,53%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper