Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Atasi Masalah Petani: Pakar Usul Perbaikan Sarana Irigasi, Bukan Kredit Alsintan

Kehadiran kredit Alsintan diperkirakan  tidak terlalu berdampak terhadap petani di Tanah Airi. Pakar mengusulkan perbaikan sarana iriga
Petani melakukan penyemprotan anti hama terhadap tanaman padi yang baru ditanama di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/10/2024). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Petani melakukan penyemprotan anti hama terhadap tanaman padi yang baru ditanama di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan, Kamis (3/10/2024). Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA — Kredit Usaha Alat dan Mesin Pertanian (Alsintan) yang diluncurkan Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian dinilai tak berdampak signifikan untuk mengatasi masalah struktural pertanian.

Perlu diketahui, skema kredit usaha Alsintan dirancang untuk memudahkan akses petani melalui subsidi bunga, di mana petani cukup membayar bunga 3%, dengan subsidi bunga 8,5% ditanggung oleh pemerintah melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Adapun, skema kredit ini dilakukan untuk mewujudkan visi swasembada pangan seperti digaungkan Presiden Prabowo Subianto.

Pengamat Pertanian dari Center of Reform on Economic (Core) Indonesia Eliza Mardian menilai skema kredit yang ditawarkan pemerintah tidak akan berdampak signifikan mengatasi persoalan struktural pertanian.

Pasalnya, kata dia, sektor pertanian di Indonesia menghadapi masalah struktural yang signifikan. Sebanyak 62% petani di Indonesia memiliki lahan pertanian yang sangat kecil, yakni kurang dari 0,5 hektar.

Selain itu, produktivitas pertanian juga terbilang rendah. Menurutnya, keberadaan kredit ini justru akan membebani para petani lantaran untuk mencukupi biaya hidup masih harus mencari nafkah dari sektor non pertanian.

“Daripada pemerintah menggelontorkan APBN untuk subsidi bunga alsintan, sebaiknya difokuskan saja ke perbaikan sarana irigasi,” ujar Eliza kepada Bisnis, Senin (4/11/2024).

Sebab, lanjut Eliza, kunci dari peningkatan produksi untuk mencapai swasembada pangan adalah melalui infrastruktur air, yakni berupa irigasi.

Untuk itu, dia memandang, dengan anggaran yang terbatas semestinya pemerintah memprioritaskan program yang berdampak dan dibutuhkan masyarakat. “Jangan asal ada inovasi program, tetapi tidak menyelesaikan akar persoalan,” tuturnya.

Menurut Eliza, sektor pertanian Indonesia membutuhkan kebijakan yang menyelesaikan akar permasalahan, termasuk masalah struktural.

“Karena percuma jika ada alsintan dan bantuan benih pupuk dri pemerintah, jika irigasinya tidak memadai, tidak dibenahi,” ungkapnya.

Maka dari itu, Eliza menyimpulkan bahwa irigasi merupakan faktor kunci peningkatan indeks pertanaman. Terlebih, saat ini indeks pertanaman Indonesia masih di angka 1,5, yang artinya sebagian besar petani menanam padi satu kali dalam setahun.

“Karena padi ini di fase tertentu membutuhkan air yang memadai, tidak bisa diganggu gugat. Jadi irigasi adalah kunci,” jelasnya.

Terlebih, lanjut dia, dana alokasi khusus (DAK) tahun 2024 untuk irigasi di seluruh Indonesia hanya dianggarkan senilai Rp1,68 triliun. Menurutnya, gelontoran anggaran ini tidak cukup memperbaiki dan membangun irigasi di Indonesia yang sudah terlalu lama dibiarkan kurang terawat dan rusak. 

“Irigasi yang ada rusak, sawah tadah hujan belum dibangun irigasinya, lebih baik prioritaskan irigasi. Jangan terlalu banyak gebrakan program tetapi nggak menyentuh akar persoalan,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, Direktur Pembiayaan Pertanian Tedy Dirhamsyah menyampaikan bahwa Kredit Usaha Alsintan merupakan inisiasi kredit pembiayaan terhadap usaha alat dan mesin pertanian yang didanai tidak hanya dari beban anggaran pemerintah, melainkan juga menggandeng keterlibatan sektor perbankan sebagai solusi bagi para petani dan pelaku usaha di sektor pertanian.

Namun, pembiayaan alsintan ini tidak bisa sepenuhnya bergantung pada anggaran pemerintah.

“Keterlibatan sektor perbankan menjadi solusi pembiayaan strategis bagi petani dan pelaku usaha di sektor pertanian,” ujar Tedy dalam keterangan tertulis, Rabu (30/10/2024).

Keberadaan skema kredit usaha Alsintan ini dirancang untuk memudahkan akses petani terhadap alsintan melalui subsidi bunga, di mana petani cukup membayar bunga 3%, dengan subsidi bunga 8,5% ditanggung oleh pemerintah melalui APBN. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Editor : Leo Dwi Jatmiko
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper