Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyoroti kelanjutan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan yang tak kunjung rampung.
Adapun RDMP Balikpapan dikerjakan oleh PT Kilang Pertamina Internasional (KPI). Terkait RDMP yang tak kunjung selesai, Bahlil pun mengajak Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani untuk turun kelapangan melihat langsiung proyek tersebut.
Bahlil mengajak Rosan membuat satgas lantaran proyek RDMP Balikpapan difasilitasi oleh Kementerian Investasi terhadap tingkat komponen dalam negeri (TKDN) dan master list-nya.
"Jadi kalau boleh bila perlu kita bentuk tim dari Kementerian Investasi," tutur Bahlil dalam acara Rakornas Investasi 2024 di Jakarta, Rabu (11/12/2024).
Bahlil berpendapat belum optimalnya proyek strategis nasional itu menjadi salah satu penyebab impor minyak Indonesia semakin tinggi.
"RDMP di Kalimantan Timur ini bagian tugas Pak Rosan dengan saya untuk kita mengecek. Begitu RDMP-nya tidak selesai-selesai, impornya ini naik terus," ujar dia.
Baca Juga
Selain itu, Bahlil mencurigai ada permainan dari para importir minyak yang sengaja membuat beberapa bagian dari RDMP menjadi rusak. Hal ini pun menghambat jalannya proyek tersebut.
"Jadi kami akan ikut bapak-bapak untuk kita periksa ini, ini sengaja, apakah para importir yang sengaja membuat barang ini rusak supaya impor terus atau apa? Nah, ini problemnya," tegas Menteri Bahlil.
Proyek RDMP Balikpapan sendiri ditargetkan rampung pada September 2025. Pada pertengahan tahun ini, Kementerian ESDM mengungkapkan proyek itu sudah memasuki tahap penyelesaian dan progresnya sudah mencapai 91%.
Menteri ESDM kala itu, Arifin Tadrif mengatakan, untuk menuntaskan proyek RDMP terdapat sejumlah tantangan, seperti pandemi Covid-19 beberapa waktu yang lalu, serta terjadi gejolak geopolitik antara Rusia-Ukraina yang memengaruhi rantai pasok sistem logistik.
Meski demikian, Arifin meminta manajemen Pertamina untuk bisa mengambil langkah tepat guna menyelesaikan proyek ini sesuai waktu yang sudah ditentukan.
Lebih lanjut, Arifin memastikan bahwa September 2025 adalah tenggat waktu terakhir untuk penyelesaian proyek RDMP Balikpapan karena apabila penyelesaiannya molor akan menimbulkan kerugian.
"Kita tidak mau proyek ini terlambat sehingga output yang sudah kita targetkan jadi mundur. Kalau additional income, efisiensi bisa kita lakukan. Kalau terlambat kan kita loss," ujarnya pada Agustus 2024 lalu.
Adapun, proyek RDMP Balikpapan memiliki nilai investasi mencapai US$7,4 miliar. Dari total tersebut, US$4,3 miliar berasal dari ekuitas, sedangkan US$3,1 miliar diperoleh melalui pinjaman yang didukung oleh Export Credit Agency (ECA).
Proyek ini akan meningkatkan ketahanan energi nasional karena akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang sebanyak 100.000 barel per hari sehingga kapasitas pengolahan menjadi 360.000 barel per hari.