Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Penguatan Rupiah Bersifat Sementara usai Trump Resmi Jadi Presiden AS

Nilai tukar rupiah berpeluang menjaga tren penguatan setidaknya hingga terdapat kejelasan soal kebijakan Presiden AS Donald Trump, seperti soal tarif impor.
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). / Bisnis-Himawan L Nugraha
Pegawai menunjukan mata uang rupiah dan dolar Amerika Serikat di Dolar Asia Money Changer, Jakarta, Senin (18/7/2022). / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Penguatan nilai tukar rupiah selama dua hari terakhir, yang sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS atau DXY dinilai ekonom hanya bersifat sementara.

Menjelang pelantikan Trump pada Senin (20/1/2025) waktu Washington DC, rupiah ditutup menguat ke level Rp16.367 per dolar AS. Sementara dalam penutupan perdagangan sore hari ini, Selasa (21/1/2025), rupiah menguat ke level Rp16.343 per dolar AS sedangkan DXY ambles 0,8% ke posisi 108,47.

Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual menyampaikan saat ini di tengah berbagai pihak yang menanti kejelasan kebijakan Trump, salah satunya soal tarif, rupiah berpeluang untuk menguat. 

"Ini bisa membuka peluang penguatan rupiah paling tidak dalam jangka pendek," ujarnya kepada Bisnis, Selasa (21/1/2025).

Pasalnya, Trump pada awalnya mengumumkan akan menunda tarif kepada mitra dagangnya yang mengalami surplus. Namun, jeda beberapa jam setelah pernyataannya tersebut, Trump menargetkan pengenaan tarif sebesar 25% terhadap Meksiko dan Kanada yang akan diberlakukan pada 1 Februari 2025 mendatang.

Dengan demikian, tampak Trump akan mengenakan tarif secara bertahap kepada negara-negara-negara yang menjadi targetnya, seperti China. Untuk itu, David melihat setidaknya rupiah akan menguat pada masa-masa tersebut.

"Paling tidak [rupiah menguat] sampai ada kejelasan tentang kebijakan tarif Trump," lanjut David.

Adapun Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro menyampaikan bahwa penuruna DXY tersebut menjadi cerminan pasar menunggu rincian kebijakan lebih lanjut terhadap ekonomi Trump.

"⁠Rupiah akan berpotensi menguat, sementara Dolar telah berada di bawah tekanan karena pasar menunggu arah kebijakan lebih lanjut," tuturnya.

Sementara itu, Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro justru melihat nilai tukar dari negara-negara berkembang masih harus berjuang cukup panjang untuk menghadapi dolar AS di tengah kejelasan arah kebijakan Trump.

Satria memandang volatilitas mata uang negara berkembang ke depan termasuk rupiah, masih akan tetap tinggi sejalan dengan kebijakan menteri keuangan pillhan Trump, yakni Scott Bessent yang berpengalaman dalam perdagangan foreign exchange.

Tampaknya, Satria melihat pemerintahan Donald Trump masih akan menggunakan dolar AS sebagai instrumen dari negosiasi termasuk tarif dengan negara-negara yang menjadi mitra dagang.

"Terutama Menkeunya, yang paham betul bagaimana menggunakan mata uang sebagai instrumen untuk negosiasi dan ini berpotensi untuk meningkatkan volatilitas mata uang negara berkembang ke depan, termasuk rupiah. Jadi, istilahnya rupiah is not out of the woods yet," jelas Satria.

Berdasarkan analisisnya—dari DXY, Neraca Pembayaran Indonesia, cadangan devisa, dan lainnya—di tengah volatilitas tersebut, Bank Indonesia (BI) akan melakukan intervensi yang cukup besar pada Januari 2025 untuk menstabilkan rupiah.

Menurutnya, level teknikal di rentang Rp16.400—Rp16.500 per dolar AS menjadi level yang krusial.

"Karena itu merupakan secara teknikal level yang masuk resistance. Jadi saya rasa Bank Indonesia tampaknya akan intervensi jika ada kelemahan level yang mendekati angka tersebut," lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper