Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah memerlukan investasi sebesar US$1,1 triliun atau setara Rp17,9 kuadriliun (asumsi kurs Rp16.274 per dolar AS) untuk mewujudkan rencana penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 443 gigawatt (GW) dalam rancangan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2025-2060.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Yuliot Tanjung mengatakan, jumlah investasi itu setara US$30 miliar atau Rp488,22 triliun per tahun.
Dia pun memerinci investasi hingga 2060 itu terdiri atas US$1 triliun untuk kebutuhan pembangkit dan US$104 miliar untuk transmisi.
"Untuk merealisasikan misi besar RUKN dibutuhkan investasi sebesar US$1,1 triliun hingga tahun 2060," kata Yuliot dalam Rapat Kerja bersama Komisi XII DPR RI, Kamis (23/1/2025).
Oleh karena itu, Yuliot menyadari bahwa untuk mewujudkan target investasi tersebut, diperlukan dukungan semua pihak. Utamanya dalam upaya bersama menuju transisi energi berkelanjutan dan pencapaian net zero emission.
Kementerian ESDM menetapkan rencana penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 443 GW dalam rancangan RKUN 2025-2060. Target tersebut ditetapkan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan mencapai 8% pada 2029.
Yuliot menyebut, dari kapasitas pembangkit listrik sebesar 443 GW itu, sebanyak 79% berasal dari energi baru terbarukan (EBT).
Dari jumlah pembangkit EBT itu, sekitar 42% berasal dari variable renewable energy atau VRE seperti tenaga surya dan angin yang didukung oleh teknologi penyimpanan energi.
Yuliot menyebut, terdapat enam kebijakan yang diambil dalam pengembangan pembangkit listrik. Pertama, pengembangan pembangkit arus laut dimulai pada 2028-2029.
Kedua, pengembangan pembangkit nuklir diupayakan percepatan 2029-2032. Ketiga, pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung secara masif memanfaatkan area waduk dan pengembangan PLTS atap. Keempat, pengembangan PLTP secara masif, baik offshore maupun onshore.
"Kelima, pengoperasian PLTU batu bara existing sampai dengan PPA [perjanjian jual beli listrik] berakhir, selanjutnya cofiring dengan biomassa yang dilengkapi dengan CCS [carbon capture and storage]," imbuh Yuliot.
Lebih lanjut, Yuliot menuturkan, demand listrik pada 2025 mencapai 539 terawatt hour atau bertambah 17% dari RUKN sebelumnya. Demikian juga halnya konsumsi listrik per kapita dalam RUKN 2025-2060 mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Baca Juga
"Demand listrik dan konsumsi listrik per kapita diproyeksikan naik secara signifikan khususnya pertumbuhan pada periode 5tahun pertama yaitu 2025-2029 diperkirakan konsumsi listrik mencapai rata-rata 6,9% per tahun," kata Yuliot.