Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Singapura Longgarkan Kebijakan Moneter, Pertama Sejak 2020

Bank sentral Singapura melonggarkan kebijakan moneternya untuk pertama kalinya sejak 2020.
Ilustrasi bendera Singapura./Bloomberg-Nicky Loh
Ilustrasi bendera Singapura./Bloomberg-Nicky Loh

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Singapura melonggarkan kebijakan moneternya untuk pertama kalinya sejak 2020. Relaksasi kebijakan dilakukan seiring dengan indikasi meredanya tekanan harga

Mengutip Bloomberg pada Jumat (24/1/2025), Otoritas Moneter Singapura atau Monetary Authority of Singapore (MAS) dalam sebuah pernyataan resmi mengatakan, pihaknya akan sedikit mengurangi kemiringan rentang kebijakannya. MAS menggunakan nilai tukar sebagai alat kebijakan utamanya dibandingkan bank sentral lainnya di dunia yang menggunakan suku bunga acuan. MAS menyebut tidak akan ada perubahan lebar rentang kebijakan atau level di mana langkah tersebut dipusatkan.

Dikutip dari CNA, kemiringan adalah arah laju apresiasi dolar Singapura. Kemiringan mata uang singapura atau S$NEER mencakup nilai tukar dolar Singapura yang dikelola terhadap keranjang mata uang tertimbang perdagangan dari mitra dagang utama Singapura.

Dalam keranjang ini mata uang mitra dagang Singapura yang lebih besar akan memiliki bobot lebih besar. Keranjang mata uang ditinjau dan disesuaikan secara berkala menurut pola perdagangan negara. Untuk mencegah spekulasi, susunan keranjang ini tidak pernah diungkapkan. 

Sementara itu, mayoritas dari 17 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan MAS akan mengurangi kemiringan pita mata uang. Pasalnya bank sentral telah memperketat kebijakan moneter sebanyak lima kali sejak Oktober 2021 sebelum jeda panjang yang dimulai pada tahun 2023. Adapun, dolar Singapura melemah terhadap mata uang AS setelah keputusan tersebut.

MAS memungkinkan mata uang bergerak dalam pita, menyesuaikan kemiringan, pusat, atau lebar sesuai kebutuhan untuk mengubah laju apresiasi atau depresiasi. 

Singapura, yang mengimpor sebagian besar barang kebutuhan pokok, telah melihat inflasi inti menurun hingga di bawah 2%.

“Inflasi Inti MAS telah menurun lebih cepat dari yang diharapkan dan akan tetap di bawah 2% tahun ini, mencerminkan kembalinya tekanan harga dasar yang rendah dan stabil dalam perekonomian,” kata bank sentral dalam pernyataan tersebut. 

MAS menyebut akan memantau dengan seksama perkembangan ekonomi global dan domestik, dan tetap waspada terhadap risiko inflasi dan pertumbuhan.

Keputusan MAS muncul seminggu setelah Presiden Donald Trump dilantik untuk masa jabatan kedua, bersumpah untuk memprioritaskan kepentingan Amerika dan menjanjikan zaman keemasan bagi negara adikuasa tersebut. 

Trump telah mengancam akan mengenakan tarif besar-besaran pada sekutu dan musuh, menjadikan bea masuk sebagai sumber pendapatan dan cara untuk memaksa perusahaan membawa kembali pekerjaan manufaktur ke AS.

Para bankir sentral mengambil pendekatan yang waspada terhadap tarif yang diusulkan, menunggu untuk melihat apa yang sebenarnya diterapkan sebelum menilai dampaknya. Dia mengisyaratkan rencana untuk mengenakan tarif yang sebelumnya diancamkan sebanyak 25% pada Meksiko dan Kanada pada 1 Februari, dan mengatakan sedang mempertimbangkan 10% pada impor China.

Di Singapura, otoritas juga bersikap hati-hati saat memantau risiko dan mengawasi ketat ekonomi serta indikator pasar tenaga kerja, yang sejauh ini tetap tangguh.

“Meskipun eskalasi ketegangan perdagangan dapat menjadi inflasi bagi beberapa negara, dampaknya terhadap harga impor Singapura kemungkinan akan diimbangi oleh hambatan deflasi yang disebabkan oleh melemahnya permintaan global,” kata MAS.

Ekonomi Singapura tumbuh 4% pada 2024, laju tercepat dalam tiga tahun dan melampaui estimasi pemerintah yang direvisi. Pemerintah mengatakan pada bulan November bahwa mereka memperkirakan produk domestik bruto akan naik antara 1%-3% pada tahun 2025.

Tinjauan MAS dilakukan pada hari yang sama ketika Bank of Japan diperkirakan akan terus menaikkan biaya pinjaman. Pekan depan, Federal Reserve akan mengadakan pertemuan kebijakan pertamanya tahun ini dengan pertanyaan yang masih tersisa mengenai laju pelonggaran di masa mendatang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper