Bisnis.com, JAKARTA –- Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) mengandalkan program Belanja di Indonesia Aja (BINA) untuk meningkatkan konsumsi domestik di tengah pelemahan daya beli.
Ketua Umum Hippindo Budihardjo Iduansjah menyampaikan, program ini diharapkan dapat menjaga sekaligus memperkuat sektor konsumsi domestik, mengingat konsumsi berkontribusi merupakan penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Untuk itu, kami dari asosiasi menginisiasi program Belanja di Indonesia Aja, BINA,” kata Budihardjo kepada Bisnis, Rabu (5/2/2025).
Tahun lalu, Budihardjo mengungkap bahwa pertumbuhan bisnis ritel tergolong stagnan. Pun mengalami penurunan, kondisi tersebut masih dalam tahap toleransi para peritel.
Budihardjo melihat, 2024 sebetulnya berpeluang besar untuk menggenjot ekonomi Indonesia. Kendati begitu, para pelaku usaha harus menghadapi sejumlah masalah, utamanya produk impor ilegal yang membanjiri Tanah Air.
Akibatnya, industri ritel dalam negeri sulit bersaing dengan produk-produk dari luar negeri. Pasalnya, produk-produk tersebut tidak mengikuti ketentuan impor yang ada seperti membayar pajak hingga memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
Baca Juga
“Ini yang membuat sektor konsumsi di Indonesia itu terpukul karena sektor konsumsi ini akhirnya uang beredar nya berkurang, karena banyak produk yang dari luar masuk dan uangnya larinya ke luar negeri,” tuturnya.
Hippindo lantas mengharapkan pemerintah untuk menyikapi permasalahan tersebut, utamanya aturan-aturan yang tidak produktif dan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional.
“Ini yang kita harapkan bisa disikapi,” pungkasnya.
Badan Pusat Statistik atau BPS melaporkan realisasi konsumsi rumah tangga tumbuh 4,98% secara tahunan pada kuartal IV/2024 dan tumbuh sebesar 4,94% secara kumulatif.
Melihat realiasai tersebut, pertumbuhan konsumsi rumah tangga tidak lebih besar dari realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2024 yang sebesar 5,02% (year on year/YoY) maupun pertumbuhan ekonomi pada 2024 dibandingkan dengan 2023 atau secara kumulatif yang sebesar 5,03%.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan pada dasarnya konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang utama produk domestik bruto (PDB) dengan distribusi sebesar 53,71% (YoY) pada kuartal IV/2024.
"Penyumbang utama PDB menurut komponen pengeluaran adalah konsumsi rumah tangga dan PMTB," ujarnya.
Amalia menyoroti pertumbuhan konsumsi tersebut sejalan dengan indikator konsumsi masyarakat yang tercermin dari indeks penjualan eceran riil pada kuartal IV/2024 yang tumbuh 1,11% (YoY) dan 3,01% secara kumulatif.
Sementara nilai impor barang konsumsi juga tumbuh sebesar 8,31% (YoY) dan 5,37% secara kumulatif. Meski demikian, penjualan domestik sepeda motor terkontraksi sebesar 3,6% (YoY), tetapi penjualan sepanjang 2024 tumbuh 1,54% dibandingkan dengan 2023.
Secara kumulatif, transportasi dan komunikasi menjadi kelompok yang tumbuh tinggi dalam konsumsi rumah tangga karena seiring dengan mobilitas masyarakat yang meningkat.
Di sisi lain, restoran dan hotel juga mendorong kelompok konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi seiring dengan meningkatnya kegiatan wisata selama libur sekolah dan libur Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).