Plus-Minus Efisiensi Anggaran di Mata ASN
Salah satu sumber Bisnis, ASN di tingkat provinsi, menilai bahwa sebenarnya terdapat sisi positif di balik efisiensi anggaran yang sangat mendisrupsi pekerjaan. Dia merasa lega karena celah korupsi menjadi berkurang dan pegawai sepertinya tidak terbebani 'arahan' untuk mengutak-atik anggaran kegiatan.
Terbatasnya anggaran membuat pemerintah di berbagai tingkatan perlu memprioritaskan program-progam yang tepat sasaran dan manfaatnya langsung dirasakan masyarakat.
"Seperti acara-acara di luar kantor sejatinya sering jadi pemborosan. Anggaran yang dikeluarkan tidak sebanding dengan jumlah peserta dan manfaatnya. Ditambah, ada celah korupsi dari penyelenggaraan kegiatan, tahu kan, cashback," ujar salah satu sumber Bisnis itu.
Dia juga menilai bahwa efisiensi alat tulis kantor (ATK) dan kegiatan seremonial memang perlu. Sepengalamannya, kerap terdapat kegiatan yang menghabiskan anggaran ratusan juta rupiah dengan berbagai pengeluaran yang sebenarnya tidak begitu mendesak, seperti souvenir rapat, kemeja panitia, dan lainnya.
"Daripada untuk kegiatan yang tidak begitu mendesak, lebih baik anggarannya dipotong dan ditambahkan ke gaji dan tunjangan, agar lebih merata untuk semua," ujarnya.
Terlepas dari itu, dia bersama rekan-rekannya turut terbebani oleh efisiensi anggaran. Dalam berbagai pekerjaan teknis, pembatasan anggaran perjalanan dinas menyulitkannya untuk melakukan verifikasi dan pengecekan lapangan.
Pemotongan anggaran pun bisa menjadi pisau bermata dua bagi instansi yang tidak memiliki fasilitas memadai untuk melaksanakan kegiatan tatap muka, seperti pembinaan atau pelatihan.
Instansinya pernah menggelar acara di salah satu fasilitas negara selama lima hari. Terjadi sejumlah kendala seperti listrik yang padam dan saluran air terputus.
"Akhirnya, selama kegiatan berlangsung panitia dan peserta jadi mandi, cuci, dan kakus di rumah ibadah terdekat," ujarnya.
ASN lainnya, verifikator lalu lintas komoditas perikanan, bercerita bahwa petugas sepertinya rutin melakukan verifikasi lapangan ke luar kota beberapa kali setiap bulannya. Kesehariannya, dia memverifikasi permohonan dari pelaku usaha.
Verifikasi langsung, menurut ASN yang menolak disebutkan namanya itu, penting karena petugas dapat memastikan spesies ikan, juga memeriksa gudang sang pelaku usaha yang mengajukan permohonan.
"Semenjak ada pemotongan [anggaran], proses verifikasi harus dilakukan secara online karena memang perjalanan dinas yang biasa dilakukan jadi seperti dianggap tidak ada," ujarnya kepada Bisnis.
Terdapat keterbatasan dalam proses verifikasi secara daring, seperti ada kekhawatiran salah identifikasi spesies karena visual yang terbatas, maupun barang-barang lain yang tidak dapat diperiksa secara menyeluruh di tempat usaha.
Pemotongan anggaran juga turut berpengaruh pada pelayanan. Menurutnya, seluruh proses pelayanan dari permohonan sampai penerbitan berlangsung secara digital atau paperless, tetapi kerap terdapat tuntutan dari instansi lain untuk menyediakan dokumen fisik.
Biasanya, kantor ASN tersebut yang mencetak dokumen tersebut. Namun, kini menjadi sulit karena ATK menjadi salah satu pos anggaran yang dipotong.
"Harapannya efisiensi ini enggak menjalar ke belanja pegawai, apalagi gaji ke-13 atau 14," ujarnya.