Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah bakal memberikan lampu hijau bagi PT Freeport Indonesia (PTFI) untuk melakukan ekspor konsentrat secara bertahap. Izin perpanjangan ekspor itu disetujui lewat rapat terbatas yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto, Selasa (18/2/2025) kemarin.
“Secara bertahap kita masih memberikan ruang untuk melakukan ekspor konsentrat,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia kepada awak media di Jakarta, Rabu (19/2/2025).
Hanya saja, Bahlil tidak menerangkan spesifik ihwal tenggat akhir relaksasi ekspor kali ini. Bahlil mensinyalir PTFI perlu waktu untuk kembali melanjutkan ekspor yang terhenti sejak Desember 2024.
Di sisi lain, dia menambahkan, PTFI belakangan berkomitmen untuk menyelesaikan pabrik anyar yang terbakar akhir tahun lalu pada Juni 2025.
“[Ekspor] sampai Juni 2025 itu kan 60% puncaknya, tapi setelah itu kan dia menurun, karena begitu dia tadi [ekspor] 60% dia enggak bisa langsung 100%,” kata Bahlil.
Kendati demikian, dia menegaskan, relaksasi ekspor yang kembali diberikan kepada PTFI bakal disertai dengan kenaikan bea keluar.
“Pajak ekspornya kita naikan, jadi dia membayarkan negara lebih besar dari pada sebelumnya,” tuturnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengungkapkan, pihaknya terpaksa menurunkan produksi menjadi 40% buntut belum diperolehnya izin ekspor konsentrat tembaga dari pemerintah.
Adapun, izin ekspor konsentrat tembaga Freeport telah berakhir pada 31 Desember 2024 lalu. Di sisi lain, pada Oktober 2024, fasilitas pemurnian dan pemrosesan atau smelter baru PTFI terbakar.
Terhentinya ekspor dan insiden kebakaran itu membuat stok konsentrat tembaga menumpuk di gudang penyimpanan Amamapare, Mimika, Papua.
"Intinya adalah bahwa konsentrat tembaganya menumpuk di gudang. Kami hanya bisa produksi sekarang 40% dan 40% itu kita kirim ke PT Smelting di Gresik," jelas Tony di Jakarta, Selasa (18/2/2025).
Dia menyebut, langkah menurunkan produksi sudah terjadi sejak Januari 2025. Menurutnya, penurunan produksi secara paralel dilakukan sembari proses maintenance pada fasilitas smelter Gresik yang terbakar.
Tony bahkan, mengatakan pada proses maintenance, produksi malah kurang dari 40%.
Lebih lanjut, Tony mengatakan, perbaikan fasilitas smelter yang terbakar ditargetkan rampung pada Juni 2025 mendatang. Pada saat bersamaan, dia pun optimistis mendapat kembali izin ekspor dari pemerintah.
Freeport siap mengekspor 1,3 juta ton konsentrat tembaga hingga Desember 2025 jika sudah mendapat izin dari pemerintah.
Dia menyebut nilai ekspor tersebut mencapai sekitar US$5 miliar atau setara Rp81,34 triliun (asumsi kurs Rp16.268 per dolar AS). Menurutnya, dari jumlah nilai ekspor itu, jatah untuk negara mencapai US$4 miliar atau setara Rp65,07 triliun.
"Saya sih optimistis [dapat izin ekspor Februari], harus optimis dong kita. Untuk Indonesia Maju itu nilai ekspornya kira-kira US$5 miliar, dan bagian negara US$4 miliar," ucap Tony.