Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha memproyeksikan Indonesia memiliki peluang untuk dapat meningkatkan kinerja ekspor nasional pada 2025. Bahkan, peluang Indonesia untuk menggenjot ekspor pada 2025 lebih besar dibandingkan tahun lalu.
Ketua Umum Apindo Shinta W Kamdani mengatakan peluang tersebut hadir seiring dengan prospek ekonomi global yang diperkirakan stabil pada tahun ini.
“Setidaknya peluang kita untuk meningkatkan kinerja ekspor di tahun ini lebih besar dibandingkan tahun lalu, karena outlook ekonomi global yang lebih stabil di tahun ini dibandingkan tahun meskipun ketidakpastian ekonomi global masih tinggi karena berbagai hal,” kata Shinta kepada Bisnis, Kamis (20/2/2025).
Shinta juga menyebut perang dagang AS—China sejatinya tidak sepenuhnya berdampak negatif terhadap kinerja perdagangan nasional. Namun, dia juga tak memungkiri sejak 2019 —awal perang dagang di era Trump pertama— Indonesia tampak tidak bisa memanfaatkan potensi pengalihan perdagangan yang diciptakan dari perang dagang untuk mendongkrak kinerja ekspor nasional secara signifikan.
Momentum eskalasi perang dagang AS—China, lanjut dia, masih akan terus menciptakan peluang pengalihan perdagangan dan pengalihan investasi secara global. Sehingga, peluang pertumbuhan perdagangan dan penerimaan investasi langsung asing (foreign direct investment/FDI) untuk Indonesia masih sangat terbuka lebar.
Namun, Shinta mengatakan tinggal seberapa jauh Indonesia mampu membidik potensi dagang untuk pertumbuhan kinerja ekspor dan investasi nasional.
Baca Juga
“Kalau kita hanya berpaku pada kondisi status quo, sudah tentu kinerja perdagangan ekspor dan investasi Indonesia akan sama saja seperti selama ini, tidak bisa memanfaatkan peluang-peluang yang diciptakan perang dagang untuk peningkatan ekspor dan investasi,” tuturnya.
Di sisi lain, Apindo juga terus mengimbau agar pemerintah fokus dan konsisten melakukan pembenahan struktural terhadap iklim usaha atau investasi nasional agar semakin kompetitif secara global, setidaknya kompetitif terhadap kompetitor di kawasan.
“Kalau tidak, peluang-peluang perang dagang tersebut hanya akan dinikmati negara lain yang lebih kompetitif iklim usaha, iklim investasi dan iklim perdagangannya,” ujarnya.
Apalagi, ada sejumlah faktor yang menentukan kinerja perdagangan ekspor, salah satunya daya saing intrinsik produk ekspor nasional, baik dari segi kualitas, pemenuhan standar pasar, hingga harga yang kompetitif.
Faktor lainnya, seperti ragam produk nasional yang bisa berstandar ekspor, faktor pendukung domestik seperti iklim usaha atau investasi yang mendukung peningkatan produktivitas.
“Daya dukung iklim usaha atau investasi dan industrialisasi di dalam negeri memiliki andil lebih besar dalam menentukan peningkatan kinerja ekspor,” pungkasnya.
Asal tahu saja, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memasang target pertumbuhan ekspor hingga empat tahun ke depan.
Pada 2025, pemerintah melalui Kemendag membidik pertumbuhan ekspor sebesar 7,1% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi US$294,45 miliar.
Pada tahun berikutnya, ekspor ditarget dengan pertumbuhan sebesar 7,09% YoY atau senilai US$315,31 miliar, dengan target ekspor UMKM adalah US$22,04 miliar atau tumbuh 14,05%.
Pada 2027, nilai ekspor ditargetkan mencapai US$340,2 miliar atau tumbuh 7,89% YoY, dengan ekspor UMKM yang ditargetkan sebesar US$25,24 miliar atau tumbuh 14,48%.
Sementara itu, pada 2028, pertumbuhan ekspor dibidik sebesar 8,77% YoY atau US$370,04 miliar, dengan pertumbuhan ekspor UMKM ditargetkan sebesar 15,03% atau US$29,03 miliar.
Serta pada 2029, pemerintah menargetkan ekspor Indonesia dapat tumbuh 9,64% YoY atau mencapai US$405,69 miliar, dengan target ekspor UMKM senilai US$35,29 miliar atau melonjak 21,57%.