Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PHK Massal di Starbucks, 1.100 Karyawan Bakal Terdampak

Starbucks mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal kepada 1.100 karyawan di tingkat korporat.
Suasana gerai Starbuks./starbucks.co.id
Suasana gerai Starbuks./starbucks.co.id

Bisnis.com, JAKARTA - Raksasa ritel produk kopi dan makanan ringan eceran Starbucks mengumumkan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam waku dekat. Tindakan PHK massal ini mencakup 1.100 karyawan di tingkat korporat.

“Kami menyederhanakan struktur kami, menghilangkan lapisan dan duplikasi serta menciptakan tim yang lebih kecil dan lebih gesit. Tujuan kami adalah untuk beroperasi secara lebih efisien, meningkatkan akuntabilitas, mengurangi kompleksitas, dan mendorong integrasi yang lebih baik,” kata CEO Starbucks Brian Niccol dalam suratnya kepada karyawan dikutip dari Reuters, Selasa (25/2/2025).

Adapun, Niccol mengatakan bahwa langkah PHK massal tersebut tidak akan memengaruhi karyawan di gerai Starbucks atau investasi yang dilakukan . 

Dia menuturkan meski dilakukan PHK massal, Starbucks  masih akan terus merekrut posisi-posisi prioritas yang sesuai dengan struktur pendukung baru dan menambah kemampuan serta kapasitas yang diperlukan.

Starbucks mempekerjakan sekitar 211,000 orang di AS dan sekitar 150,000 karyawan internasional, menurut laporan tahun 2024.

“Sehubungan dengan PHK besar-besaran terakhir pada 2018, saya yakin tingkatnya signifikan,” kata Jim Sanderson, analis di NorthCoast Research.

Pada 2018, Starbucks memberhentikan 350 karyawan perusahaan global sebagai bagian dari rencana restrukturisasi di bawah CEO Kevin Johnson.

Sanderson, mencatat bahwa penting untuk memahami segmen atau divisi mana di perusahaan yang akan terkena dampak PHK dan bagaimana hal ini sesuai dengan strategi perubahan haluan global jangka panjang Starbucks.

Secara terpisah, Starbucks mengatakan pihaknya menghapus beberapa minuman kurang populer dari menu, termasuk beberapa minuman campuran frappuccino dan coklat panas putih, sejalan dengan dorongan Niccol untuk menyederhanakan menunya.

Niccol diangkat menjadi CEO tahun lalu pada saat saham perusahaan tersebut telah kehilangan 40% nilainya dari level tertinggi pada tahun 2021 karena lemahnya permintaan di AS dan China.

Pemilihan Niccol dalam posisi puncak dipuji karena membalikkan keadaan rantai burrito Chipotle Mexican Grill,  dia menerapkan rencana "Kembali ke Starbucks" yang berfokus pada perampingan bisnis melalui PHK dan dengan meningkatkan pengalaman pelanggan di toko-tokonya di AS. 

Sejak Niccol mengambil alih kepemimpinan enam bulan lalu, saham Starbucks telah menguat lebih dari 22%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper