Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumpulkan sejumlah menteri dan wakil menteri untuk membahas pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025 di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat pada Kamis (27/2/2025).
Rapat koordinasi terbatas (Rakortas) itu dihadiri Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, Menteri Pariwisata Widiyanti Putri, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, hingga Wakil Menteri Perindustrian Faisol Reza.
Dalam rapat yang berlangsung sekitar dua jam tersebut, Widiyanti mengungkap pembahasan seputar persiapan pemerintah menghadapi Lebaran 2025 dan akselerasi pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025.
Kendati demikian, dia tidak memberi penjelasan lebih detail terkait apa saja item pembahasannya termasuk soal insentif yang akan diberikan kepada masyarakat jelang Lebaran 2025 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal I/2025.
"Tunggu pengumumannya. Sebentar lagi akan diumumkan," ujar Widiyanti ditemui usai rapat.
Sementara itu, Faisol Reza tidak menampik bahwa ada pembahasan perihal indikasi ada pelemahanan daya beli masyarakat beberapa waktu belakangan.
Baca Juga
Oleh sebab itu, sambungnya, pemerintah akan menyiapkan sejumlah insentif fiskal untuk meningkatkan kembali daya beli masyarakat terutama jelang Lebaran 2025.
"Pemerintah kan akan membuat skema untuk Lebaran. Ini kan dengan menurunkan harga tiket, lalu memberikan beberapa insentif dan skema ke masyarakat, bantuan, yang bisa mendorong semua tetap terjaga daya beli," ungkap Faisol usai rapat.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sepanjang 2024 mencapai 1,57%. Angka ini merupakan yang terendah dalam sejarah perhitungan inflasi di Indonesia.
Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai kondisi tersebut menjadi bukti nyata bahwa pelemahan daya beli memang terjadi sepanjang 2024.
Menurutnya, inflasi hanyalah menjadi satu dari sekian indikasi terkait masih lemahnya daya beli masyarakat.
Yusuf menjelaskan indikator lain seperti deflasi yang sempat terjadi dalam 5 bulan beruntun pada 2024, kemudian PMI manufaktur yang juga sempat berada pada level kontraktif sepanjang paruh kedua 2024, serta PHK yang terjadi di beberapa bulan untuk subsektor industri manufaktur.
Bahkan Yusuf melihat adanya potensi pelemahan daya beli akan berlanjut pada 2025 apabila pemerintah belum mampu mendorong konsumsi rumah tangga untuk kelas menengah ke bawah.
“Maka inflasi rendah yang didorong oleh relatif lambatnya permintaan masih berpotensi berlanjut di tahun ini. Proyeksinya di rentang 1% sampai 3% untuk 2025,” tuturnya, Kamis (2/1/2024).