Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Kebijakan Tarif Trump, Kapitalisasi Wall Street Anjlok US$3 Triliun Lebih

Euforia di bursa saham AS sirna. Setelah melonjak 6,3% sejak Pemilu, Wall Street kini kehilangan kapitalisasi pasar lebih dari US$3 triliun dalam dua pekan.
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle
Pialang berada di lantai Bursa Efek New York (NYSE) di New York, Amerika Serikat. Bloomberg/Michael Nagle

Bisnis.com, JAKARTA – Euforia di bursa saham Amerika Serikat (AS) atas kemenangan Donald Trump di Pemilu AS dengan cepat sirna. Setelah melonjak 6,3% sejak Pemilu, indeks S&P 500 kini anjlok 6,4% dari rekor tertingginya, menghapus keuntungan senilai lebih dari US$3 triliun dalam waktu dua minggu.

Melansir Bloomberg, Rabu (5/3/2025), anjloknya Wall Street dipicu oleh keputusan Trump untuk menerapkan tarif 25% terhadap barang dari Kanada dan Meksiko, serta menggandakan tarif impor China menjadi 20%. Ancaman bea masuk serupa terhadap Uni Eropa semakin memperburuk sentimen pasar.

“Tak ada yang mengira tarif ini benar-benar akan diterapkan. Ini meningkatkan risiko efek domino negatif bagi ekonomi,” kata Dennis Debusschere dari 22V Research.

Indeks Russell 2000, yang awalnya melonjak karena optimisme kebijakan "America First," kini telah merosot 16% dari puncaknya di akhir November. Saham-saham unggulan dalam reli dua tahun terakhir juga terkena dampak, dengan Nvidia turun 25% dari rekor tertinggi pada Januari dan Tesla ambruk 45% dari puncaknya akhir 2024.

Saham-saham spekulatif terpukul lebih dalam. Saham yang paling banyak di-"short" turun 22% sejak Januari, sementara indeks perusahaan teknologi merosot 6,3% pada Senin, hari terburuk sejak Desember.

Bitcoin juga mengalami kejatuhan meski Trump berusaha mengangkat sentimen dengan wacana cadangan kripto strategis.

Max Wasserman dari Miramar Capital mengatakan para pelaku pasar lebih memilih menjual kepemilikan merka terlebih dahulu, baru berpikir kemudian.

“Pasar kini sadar bahwa valuasi saham terlalu mahal, sementara tarif perdagangan akan berdampak nyata pada laba perusahaan,” ungkapnya.

Gejolak Bisa Berlanjut

Meskipun penurunan tajam ini belum tentu menjadi awal dari koreksi besar, tekanan di pasar sudah terlihat selama beberapa pekan terakhir. Investor mulai mengalihkan dana ke sektor-sektor defensif seperti kesehatan, kebutuhan pokok, dan keuangan, sementara saham teknologi dan konsumsi menjadi dua sektor dengan performa terburuk di S&P 500 tahun ini.

Gejolak pasar pada Senin lalu semakin menegaskan pergeseran ini. Sektor kebutuhan pokok, kesehatan, utilitas, dan real estat mencatat kenaikan, sementara teknologi berada di posisi terbawah.

Indeks saham-saham teknologi yang tidak menguntungkan yang dipantau Goldman Sachs merosot lebih dari 6%, sementara kelompok saham yang banyak di-"short" turun 5,6%, menghapus seluruh keuntungan pascapemilu.

Di tengah penurunan ini, indeks saham global justru melaju lebih kencang. Bursa di China, Eropa, Kanada, dan Meksiko menunjukkan performa lebih baik dibanding S&P 500, mencerminkan melemahnya sentimen investor terhadap pasar AS.

Di sisi ekonomi, data terbaru menunjukkan kerapuhan yang semakin nyata. Laporan dari Institute for Supply Management mengungkapkan bahwa aktivitas manufaktur AS mendekati stagnasi, dengan pesanan dan lapangan kerja mengalami kontraksi.

Bagi pelaku pasar, titik kritis saat ini adalah apakah S&P 500 akan benar-benar jatuh di bawah level Hari Pemilu. Jika itu terjadi, tekanan bagi pemerintah untuk memberikan sinyal dukungan terhadap pasar kemungkinan akan meningkat.

"Jika S&P turun lebih jauh, investor yang saat ini masih mengambil risiko kemungkinan besar akan mengharapkan pernyataan dukungan dari para pembuat kebijakan," tulis analis Bank of America, Michael Hartnett.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper