Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia dan Amerika Serikat akan menandatangani sejumlah kesepakatan dagang dan investasi senilai total US$34 miliar atau setara Rp551,1 triliun (kurs US$1=Rp16.209) sebagai bagian dari upaya mencapai kesepakatan negosiasi tarif resiprokal AS menjelang tenggat 9 Juli mendatang.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan Indonesia berencana berinvestasi di AS, sekaligus membeli produk pertanian dan produk energi senilai US$15,5 miliar atau setara Rp251,23 triliun dari Negeri Paman Sam. Rencana tersebut tertuang dalam nota kesepahaman (MoU) yang dijadwalkan ditandatangani pada 7 Juli 2025.
Airlangga menuturkan, MoU ini merupakan bagian dari negosiasi tarif Indonesia dengan AS. Meski demikian, dia menekankan hal ini bukan berarti negosiasi dagang antara kedua negara sudah selesai.
“Kita masih harus menunggu pengumuman final dari pihak AS,” kata Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (3/7/2025) dikutip dari Bloomberg saat menjawab pertanyaan soal kesepakatan besaran tarif.
Airlangga, yang memimpin upaya Indonesia untuk menurunkan rencana tarif AS sebesar 32% atas produk impor asal Indonesia, menyebut MoU tersebut akan melibatkan Lembaga Pengelola Investasi (LPI/Danantara) serta entitas swasta.
Negara-negara Asia Tenggara, yang menjadi salah satu kawasan paling terdampak oleh rencana kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, kini berpacu untuk merampungkan kesepakatan dagang dengan Washington sebelum tenggat 9 Juli, batas waktu yang ditetapkan AS agar negara-negara mitra dapat menghindari lonjakan tarif lebih tinggi.
Baca Juga
Pernyataan Airlangga muncul hanya beberapa jam setelah Trump mengumumkan kesepakatan dengan Vietnam, yang berhasil mendapatkan penurunan tarif menjadi 20%.
Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia sebelumnya telah melonggarkan atau menghapus sejumlah pembatasan impor sebagai bagian dari langkah untuk memperkecil surplus dagang sebesar US$18 miliar dengan AS.
Indonesia juga berkomitmen menghapus hambatan non-tarif dan meningkatkan impor produk AS, yang antara lain dapat mencakup minyak, LPG, serta kedelai.