Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menilik Kans Pemangkasan Bunga Acuan kala Perang Dagang Memanas

Ketidakpastian akibat eskalasi perang dagang menyusul tarif impor Presiden AS Donald Trump, berisiko mempersempit ruang bank sentral memangkas suku bunga acuan.
Aprianto Cahyo Nugroho, Surya Dua Artha Simanjuntak
Jumat, 7 Maret 2025 | 08:30
Gedung kantor Federal Reserve (The Fed) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (26/1/2022). / Reuters-Joshua Roberts
Gedung kantor Federal Reserve (The Fed) di Washington, Amerika Serikat pada Rabu (26/1/2022). / Reuters-Joshua Roberts

Bisnis.com, JAKARTA – Ketidakpastian akibat eskalasi perang dagang menyusul tarif impor Presiden AS Donald Trump, berisiko mempersempit ruang bank sentral Amerika Serikat (The Fed) memangkas suku bunga acuan.

Presiden Bank Federal Reserve Atlanta Raphael Bostic menyatakan bahwa perubahan kebijakan di bawah pemerintahan Trump telah menciptakan ketidakpastian ekonomi yang luar biasa, sehingga kecil kemungkinan The Fed dapat mengambil keputusan kebijakan moneter sebelum akhir musim semi tahun ini.

Bostic menguraikan berbagai faktor yang menyebabkan ketidakpastian ini, termasuk kebijakan tarif dan perdagangan, fluktuasi inflasi, menurunnya kepercayaan konsumen, kebijakan imigrasi yang memengaruhi pasar tenaga kerja, serta perubahan dalam kebijakan energi, perpajakan, belanja pemerintah, dan geopolitik.

"Dengan begitu banyak perubahan yang terjadi, sulit untuk mengetahui bagaimana semua ini akan berakhir. Saya akan terkejut jika ada kejelasan sebelum akhir musim semi atau awal musim panas. Kita harus benar-benar bersabar dalam menghadapi situasi ini,” jelas Bostic seperti dilansir Reuters, Jumat (7/3/2025).

Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro meyakini ruang pemangkasan suku bunga The Fed akan semakin sempit akibat perang dagang antara AS dengan China, Meksiko, dan Kanada.

Asmo menjelaskan perang tarif dagang akan meningkat biaya impor sehingga berkontribusi kepada peningkatan inflasi di AS. Akibatnya, The Fed akan semakin sulit menurunkan suku bunga acuan Fed Funds Rate.

Para pejabat Federal Reserve, sambungnya, sudah mewanti-wanti bahwa kenaikan tarif yang diinisiasi Presiden AS Donald Trump dapat menyebabkan peningkatan inflasi saat rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 25 Januari lalu.

Asmo menjelaskan prediksi awal Federal Reserve akan memangkas suku bunga hingga 75 basis poin (bps) selama 2025 yaitu masing-masing 25 bps pada Juni, September, dan Desember. Kendati demikian, eskalasi perang dagang diyakini akan membuat potensi pemangkasan Fed Funds Rate tersebut semakin sempit.

"Jika risiko inflasi kembali melonjak, pemangkasan suku bunga mungkin tidak sebesar yang diharapkan," ujar Asmo dalam keterangannya, Rabu (5/3/2025).

Sebagai informasi, perang dagang sendiri dimulai usai AS menaikkan tarif impor ke produk asal China, Meksiko, dan Kanada mulai 4 Maret 2025. AS resmi menaikkan tarif dari 10% menjadi 20% untuk barang elektronik asal China; AS juga menerapkan tarif 25% ke semua barang asal Meksiko dan Kanada.

Akibatnya China, Meksiko, dan Kanada pun tidak tinggal diam. China mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 15% untuk produk pertanian AS, serta pungutan tambahan sebesar 10% untuk produk pangan lainnya.

Sejalan, Kanada membalas dengan tarif 25% atas impor barang dari AS senilai US$30 miliar, yang nantinya akan diperluas menjadi US$155 miliar. Sementara Meksiko akan mengumumkan rincian tarif balasan untuk barang asal AS paling lambat pada 9 Maret 2025.

Ketidakpastian kembali meningkat setelah Presiden AS Donald Trump kembali mengubah kebijakan perdagangannya dengan menunda tarif 25% untuk barang tertentu dari Kanada dan Meksiko selama satu bulan.

Pengecualian ini berlaku untuk barang-barang yang berada dalam daftar kesepakatan perdagangan AS-Meksiko-Kanada, atau USMCA. Langkah ini menambah ketidakpastian di pasar keuangan dan dunia usaha, yang sudah terdampak oleh kebijakan tarif yang terus berubah.

Pengecualian ini berlaku hingga 2 April dan mencakup dua mitra dagang terbesar AS. Awalnya, Trump hanya membebaskan Meksiko, tetapi kemudian merevisi kebijakannya untuk memasukkan Kanada dalam daftar pengecualian.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper