Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Wanti-wanti Danantara Buat Investor Asing Kabur dari RI

Orientasi Danantara terhadap pembangunan nasional dinilai tidak sejalan dengan kepentingan investor yang berorientasi keuntungan
Karyawan memantau pergerakan perdagangan saham di Jakarta, Senin (24/2/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Senin (24/2/2025) saat Danantara resmi meluncur. IHSG ditutup pada level 6.749,60 atau turun 0,78%./ JIBI/Bisnis/Abdurachman
Karyawan memantau pergerakan perdagangan saham di Jakarta, Senin (24/2/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Senin (24/2/2025) saat Danantara resmi meluncur. IHSG ditutup pada level 6.749,60 atau turun 0,78%./ JIBI/Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Universitas Paramadina Wijayanto Samirin memperingatkan soal risiko kaburnya investor asing dari Indonesia imbas dari pembentukan Badan Pengelola Investasi Danantara yang berorientasi kepada pembangunan.

Wija mengingatkan bahwa investor asing selalu berorientasi kepada keuntungan, bukan pembangunan. Masalahnya, Danantara akan mengelola banyak aset BUMN yang sudah masuk ke pasar modal Indonesia.

"Narasi besar Danantara ini adalah untuk menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan, kemakmuran. Ya itu narasi yang bagus, tapi bagi investor asing ini adalah narasi yang menakutkan," ujar Wijayanto dalam diskusi daring, Minggu (9/3/2025).

Staf khusus wakil presiden untuk ekonomi dan keuangan periode 2014—2019 itu pun mengaku tidak heran apabila terjadi arus modal asing keluar dari Indonesia beberapa waktu belakangan. Dia mencatat, IHSG turun 14,06% dalam enam bulan terakhir.

Menurutnya, penurunan tersebut karena hampir semua saham BUMN dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) turun—kecuali PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM). Bahkan, dia mengungkapkan kinerja IHSG selama satu tahun terakhir merupakan yang terburuk di antara indeks saham utama di dunia dan Asia.

IHSG tercatat turun 10,10% secara tahunan (year on year/YoY). Kinerja tersebut menjadi yang terburuk di antara indeks saham gabungan negara lain yang turut terkoreksi seperti Thailand (-10%), Filipina (-9,28%), Jepang (-7,06%), Saudi Arabia (-6,10%).

Performa IHSG juga kontras dengan indeks gabungan lain yang tumbuh seperti Malaysia (+0,48%), India (+1,13%), Uni Emirat Arab (+3,33%), Vietnam (+6,31%), Shanghai (+10,72%), Amerika Serikat (+12,62%), Inggris (+13,32%), Taiwan (+14,11%), Singapura (+24,36%) dan Hong Kong (+48,17%).

"Walaupun baru saja diluncurkan, sebenarnya Danantara ini sejak enam bulan yang lalu sudah menjadi perbincangan di kalangan para investor, terutama asing," jelas Wija.

Dia pun mengusulkan agar ada tiga pembagian kluster yang jelas dalam Danantara. Pertama, holding yang bertujuan mencari keuntungan yaitu diisi BUMN berorientasi pasar seperti perbankan, pertambahan, properti, teknologi, telekomunikasi, perkebunan, dan jasa.

Kedua, holding yang bertujuan untuk pembangunan yaitu diisi oleh BUMN berorientasi layanan ke masyarakat seperti PLN, Pertamina, farmasi, energi, pelabuhan, transportasi, dan perumahan rakyat.

Ketiga, holding ICU yaitu diisi oleh BUMN yang sedang bermasalah atau sedang dilakukan restrukturisasi seperti BUMN Karya, Kimia Farma, Biofarma, Indofarma, dan Krakatau Steel.

"Dengan begitu, investor asing akan merasa interest-nya [kepentingannya] dilayani; masyarakat akan merasa kepentingan terlayani," tutup Wija.

Sebelumnya, Chief Executive Officer (CEO) BPI Danantara Rosan Roeslani mengakui bahwa Presiden Prabowo Subianto mengamanatkan agar Danantara bisa mengelola aset-aset BUMN untuk kepentingan masyarakat.

"Misi Danantara yang jelas untuk meningkatkan dan mempercepat pertumbuhan perekonomian Indonesia yang berkelanjutan dan inklusif," kata Rosan usai peluncurkan BPI Danantara di Istana Merdeka, Senin (24/2/2025).

Misi Danantara, menurut Rosan, bertujuan untuk memberikan dampak yang besar dan positif terutama untuk rakyat Indonesia. Menurutnya, misi itu sesuai dengan amanat yang terdapat dalam pasal 33 UUD 1945 yang menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam demi kepentingan rakyat.

"Tujuan yang sangat mulia ini adalah suatu breakthrough yang dilakukan oleh Bapak Presiden untuk meningkatkan investasi dan penciptaan lapangan pekerjaan berkualitas, yang tentunya harus berdampak positif untuk rakyat Indonesia," lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper