Bisnis.com, JAKARTA - Peluang Jepang dan Australia mendapat pengecualian dari kebijakan tarif tinggi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin menipis di tengah negosiasi yang dilakukan kedua negara.
Melansir Bloomberg pada Selasa (11/3/2025), Menteri Perdagangan Jepang Yoji Muto gagal memperoleh pengecualian langsung dari kebijakan tarif tersebut. Dia juga telah menegaskan permintaan tersebut dalam diskusi tatap muka pertamanya dengan mitra-mitra AS.
"Kami telah meminta agar Jepang tidak dikenakan tindakan tarif yang telah diumumkan pemerintah AS sejauh ini. Kami menjelaskan posisi Jepang mengenai dampaknya terhadap industri Jepang dan berkenaan dengan pengembangan lingkungan bisnis serta perluasan investasi dan lapangan kerja baik di Jepang maupun AS," kata Muto.
Muto telah bertemu dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick, Perwakilan Perdagangan AS Jamieson Greer, dan penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett. Muto mengatakan bahwa dia mendapat kesan selama pertemuannya bahwa Washington menganggap serius kontribusi Jepang terhadap ekonominya, dengan AS menekankan bahwa fokusnya adalah menghidupkan kembali industri manufaktur AS.
Namun, Muto mengatakan, pembicaraan tersebut tidak menghasilkan konfirmasi apa pun untuk mengecualikan Jepang dari langkah-langkah tarif yang akan datang. Hal ini karena kedua belah pihak memutuskan untuk terus berkonsultasi secara dekat mengenai hal-hal yang terkait dengan perdagangan.
Adapun, pungutan tambahan pada baja dan aluminium dijadwalkan akan berlaku pada 12 Maret, dengan tarif timbal balik dan usulan tarif sebesar 25% pada impor mobil asing yang diharapkan akan berlaku pada 2 April.
Baca Juga
Muto mengatakan dia dan rekan-rekannya membahas proyek gas Alaska dalam kerangka kerja sama energi AS-Jepang. Dia tidak menguraikan isi pembicaraan tersebut. Minggu lalu, Trump menyatakan bahwa Jepang dan Korea Selatan berminat berinvestasi besar dalam usulan jaringan pipa Alaska untuk mengangkut gas alam.
Pada bulan Februari, Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba berjanji untuk meningkatkan investasi di AS hingga $1 triliun. Namun, ia belum merinci investasi di Alaska tersebut.
Bea masuk baru pada impor mobil akan memberikan pukulan langsung terhadap ekonomi Jepang. Tahun lalu, ekspor mobil mencapai 17% dari semua pengiriman keluar dari Jepang, dengan lebih dari sepertiga dari total tersebut ditujukan ke AS.
Jepang juga bersiap menghadapi dampak tidak langsung dari tarif yang diberlakukan Trump terhadap negara lain. Minggu lalu, presiden mengenakan tarif terhadap Kanada dan Meksiko lalu menunda beberapa di antaranya, termasuk pungutan terhadap mobil, selama satu bulan.
Trump juga memberlakukan tarif lebih tinggi terhadap China. Semua perkembangan tersebut kemungkinan akan memengaruhi Jepang karena produsen mobil Jepang beroperasi di Meksiko dan Kanada, dan Beijing merupakan salah satu mitra dagang terpentingnya.
Peluang Australia
Sementara itu, Australia juga mengecilkan kemungkinan pengecualian tarif baja dan aluminium yang diharapkan AS, meskipun ada diskusi menit-menit terakhir antara pejabat di Canberra dan Washington.
Duta Besar Australia untuk AS Kevin Rudd telah mengadakan pertemuan dengan pejabat pemerintahan Trump dalam beberapa hari terakhir, sementara Menteri Perdagangan Don Farrell telah bertemu dengan produsen baja dan aluminium untuk membahas kemungkinan strategi diversifikasi.
Berbicara pada Senin waktu setempat, Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan dia bertemu dengan pejabat dari Rio Tinto dan Bluescope Steel sebelum keputusan tersebut.
"Ini adalah kepentingan Australia, tetapi juga kepentingan ekonomi AS agar Australia dibebaskan dari tarif yang tentu saja hanya meningkatkan harga bagi pembeli barang-barang tersebut," katanya.
Albanese mengatakan pada bulan Februari bahwa baja dan aluminium Australia merupakan input penting bagi sektor manufaktur AS.